Pembelajaran jarak jauh yang dilakukan oleh setiap sekolah sebagai pencegahan bersama dalam menekan angka penularan COVID-19, memaksa para guru dan siswa untuk lebih adaptif. Papan tulis, spidol serta penghapusnya seolah pindah ke layar aplikasi video conference seperti Zoom dan Google Meet. Meja guru yang biasanya bertumpuk buku para murid untuk mengumpulkan tugas, beralih melalui satu aplikasi Google Classroom atau bahkan melalui WhatsApp Group. Nampaknya, semua terlihat semakin canggih dan fleksibel ya? Akan tetapi, bagaimana dengan kualitas pemahaman yang siswa dapatkan? Apakah hal tersebut sebanding dengan jumlah tugas dan materi pembelajaran yang diberikan secara daring? Lalu, bagaimana dengan pembelajaran yang membutuhkan kelas praktikum? Rupanya salah satu guru GSM mempunyai cerita menarik dan inovatif mengenai hal tersebut, beliau adalah bu Yuliana Septiasih.
Kenyamanan peserta didik dalam belajar merupakan hal yang cukup krusial terhadap pemahamannya saat kegiatan belajar mengajar dilakukan. Para guru berperan cukup penting dalam menciptakan suasana yang nyaman ketika proses pembelajaran dilakukan. Hal tersebut dapat diciptakan melalui kreativitas masing – masing guru, yang kemudian akan membentuk suasana yang diperlukan bagi peserta didik. Apabila para murid merasa nyaman dengan suasana belajarnya, maka ia akan merasa tertarik untuk mengetahui pelajaran yang disampaikan. Ketertarikannya tersebut berdampak baik terhadap semangat dan rasa penasarannya untuk mengulik lebih lanjut hal yang ia pelajari. Maka dari itu, para murid belajar tidak dengan terpaksa melainkan untuk memenuhi rasa keingintahuannya terhadap materi pelajaran yang diberikan.
Dalam kesehariannya mengajar secara daring, bu Yuliana menghadapi beberapa keterbatasan akibat tidak adanya tatap muka secara langsung selama pandemi COVID-19. Setidaknya, ada tiga poin yang beliau sampaikan. Pertama, terbatasnya pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran yang disampaikan. Terlebih, pelajaran yang beliau berikan merupakan ilmu sains yang sangat terkena dampak pembelajaran. Selain itu, beliau juga merasakan kurangnya interaksi dengan para murid karena hanya terbatas melalui Zoom, WhatsApp Group dan Google Classroom. Ditambah, perbedaan kualitas sarana dan prasarana yang dimiliki setiap peserta didik di rumahnya juga berpengaruh terhadap kualitas pengajaran yang diberikan.
Hal yang dialami oleh bu Yuliana sesuai dengan survey yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemendikbud memaparkan bahwa rata – rata siswa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran selama pembelajaran jarak jauh. Selain itu, para siswa tidak dapat konsentrasi dengan baik selama belajar di rumah. Data dari survey yang telah dilakukan U-Report juga menunjukkan bahwa sekitar 69% peserta didik merasa bosan selama melakukan pembelajaran daring. Sekitar 87% peserta didik berkeinginan untuk segera kembali ke sekolah dan belajar tatap muka secara langsung.
Beberapa keterbatasan selama pembelajaran jarak jauh yang dialami oleh bu Yuliana tidak menghambat beliau untuk tetap semangat mengajar. Beliau tetap berusaha menyalakan semangat peserta didik saat belajar secara daring. Menurut beliau, “Awalnya dulu saya mengikuti alur. Di sekolah menggunakan Google Classroom, WhatsApp, Zoom, Meet dalam pembelajaran (dan kebetulan saya juga diberi Amanah jadi wakil kepala sekolah bidang kurikulum) otomatis saya juga bertanggung jawab dengan pelaksanaan pembelajaran daring sekolah. Setelah berjalan beberapa pertemuan biasanya alur saya adalah penyampaian kompetensi, pemberian materi, penyampaian materi lewat zoom, latihan dan evaluasi.” Seperti itu katanya.
Bu Yuliana kemudian mengatakan bahwa dirinya melakukan refleksi pembelajaran. Menurut beliau, “Saat iseng saya melakukan refleksi pembelajaran, ada peserta didik yang curhat kalau selama ini dia gak bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Dia gak bisa memahami materi yang dipelajari (pada saat itu ia menyampaikan materi pembelajaran Sains)” Begitu sekiranya. Tidak sampai disitu, bu Yuliana berusaha untuk mencari solusi dari hambatan yang dialami oleh peserta didiknya. Beliau mencoba menyesuaikan proses pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik yang telah beliau dapat melalui keluhan murid kepadanya. Ilmu Sains yang bu Yuliana ajarkan memang membutuhkan kreativitas dan praktik langsung untuk mendapatkan pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan. Maka dari itu, beliau merancang pembelajaran yang mengasah keterampilan proses berpikir Sains.
Bu Yuliana berinovasi membentuk kegiatan Eksperimen Sederhana Sains (EKSIS) sebagai sarana pembelajaran Sains yang lebih menyenangkan. Melalui praktik tersebut, para murid diajak untuk melakukan eksperimen sederhana dari rumah masing – masing menggunakan alat dan bahan yang ada di sekitar mereka. Salah satu kegiatan EKSIS yang bu Yuliana lakukan bersama dengan siswa – siswinya adalah mengenai indikator alami asam basa. Pelaksanaan praktik EKSIS 3M ini berbasis Home Science Process Skill (HSPS) yaitu aktivitas pengembangan keterampilan proses sains yang dapat dilakukan di rumah masing – masing peserta didik. Proses pelaksanaan EKSIS 3M melalui Google Classroom yang diinisiasi oleh bu Yuliana mengikuti alur sebagai berikut:
- Mengamati (observasi) dan Mengelompokkan (Klasifikasi)
Pada tahap ini, peserta didik mengamati tayangan Asam, Basa, dan Garam pada video yang diberikan oleh bu Yuliana. Kemudian, peserta didik mengamati hal yang ada di sekitar mereka dan mengelompokkannya kedalam jenis Asam, Basa, dan Garam. Setelah itu, peserta didik mengerjakan dan menyerahkan tugas melalui Google Classroom dan mendapat feedback serta apresiasi yang membangun.
- Mengukur
Setelah proses mengamati, peserta didik diajak untuk melakukan eksperimen sederhana mengenai indikator alami Asam, Basa, dan Garam. Kegiatan ini diawali dengan merancang eksperimen dengan mengidentifikasi objek sekitar apa saja yang dapat peserta didik manfaatkan untuk eksperimen sederhana ini. Pada tahap ini, peserta didik mendokumentasikannya dalam bentuk video dan diunggah melalui Youtube.
- Berkomunikasi, Menyimpulkan dan Memprediksi.
Pada tahap terakhir ini, peserta didik membuat laporan dari eksperimen sederhana yang sudah mereka lakukan beserta kesimpulannya. Secara keseluruhan, guru akan memberikan penilaian serta apresiasi terhadap peserta didik.
Menurut bu Yuliana, cara ini sangat efektif dalam meningkatkan semangat dan pemahaman siswa dalam belajar. Dikarenakan, para siswa memberikan komentar positif yang mereka tuangkan dalam bentuk video refleksi kegiatan. Mereka mengatakan bahwa senang dengan metode pembelajaran yang dibuat oleh bu Yuliana. Hal tersebut mengurangi rasa kejenuhan terhadap pembelajaran daring yang monoton. Sesuai dengan namanya, ilmu Sains tetap dapat “EKSIS” untuk dipelajari dan dipraktekkan walaupun hanya dilakukan dari rumah saja.
Zaman dengan teknologi yang terus berkembang menjadikan proses pembelajaran bukan hanya sekedar memindahkan ilmu dan mengingat berulang – ulang hal yang telah dipelajari. Maka dari itu, praktik baik yang dilakukan oleh bu Yuliana tentunya menjadikan kegiatan belajar – mengajar lebih interaktif, sehingga tercipta pembelajaran yang aktif, nyaman, dan menyenangkan. Dengan kata lain, pengetahuan yang didapat peserta didik juga bukan hanya sekedar kemampuan menghafal melainkan mengaktifkan keterampilan peserta didik. Bu Yuliana mengatakan bahwa “Mengajar itu harus bisa membuat peserta didik nyaman dan merindukan kapan akan belajar lagi dengan kita, karena sejatinya kita harus bisa memahami apa yang mereka inginkan dalam belajar”.
Penulis: Hayinah Ipmawati
0 Comments