Era disrupsi telah menggeser pemahaman manusia terhadap pendidikan yang sebenarnya. Pendidikan yang semula merupakan tempat untuk menimba ilmu pengetahuan, sekarang tidak lagi dapat dipahami dengan arti demikian setelah adanya berbagai kecanggihan teknologi. Berbagai fasilitas yang telah disediakan dan dimudahkan oleh teknologi membuat seluruh manusia kemudian berfikir ulang apa peran pendidikan?
Perlu diyakini bahwa pendidikan merupakan elemen utama dalam membangun iklim positif dalam masyarakat. Era disrupsi yang dalam satu sisi memberikan dampak buruk sehingga mengakibatkan ketegangan dan situasi krisis dalam masyarakat perlu diimbangi dengan kehadiran sekolah-sekolah yang lebih beriklim positif dan humanis. Hal ini disebabkan sekolah memiliki peran penting dalam pembentukan karakter manusia. Apabila tidak kuat dalam menanamkan karakter positif, situasi dan kondisi di lingkungan masyarakat akan semakin tegang dan kacau. Hal ini dapat dilihat dan dirasakan di masa krisis pandemi Covid-19 ini. Oleh sebab itulah sekolah sangat penting menjadi garda terdepan dalam menciptakan, menanamkan dan membangun iklim positif tersebut.
Penciptaan iklim positif di sekolah dapat dimulai dari hubungan yang baik. Hubungan yang dimaksud dapat berupa hubungan internal sekolah, seperti antar guru dengan guru, guru dengan siswa atau siswa dengan guru, maupun eksternal, yaitu antar sekolah dengan wali murid, bahkan sekolah dengan masyarakat sekitar. Hal ini dapat mengacu pada area perubahan GSM school connectedness. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa school connectedness sangat penting dalam mendukung pembangunan yang sehat dan mencegah perilaku menyimpang dalam masyarakat (Catalino, Haggerty, Oesterle, Fleming, & Hawkins, 2004). Penciptaan hubungan yang baik ini dapat melatih kemampuan kesadaran emosi manusia. Kaitannya dengan pembentukan karakter, kesadaran emosi dapat memacu fungsi interpretasi dan evaluasi manusia sehingga memungkinkan bagi manusia untuk memantau serta membedakan emosi (Kurniawan & Dewi, 2016). Maka dari itu, penanaman area perubahan school connectedness dapat menjadi salah satu cara untuk menjadikan pendidikan sebagai garda terdepan pembangun iklim positif di masyarakat.
Aplikasi dari school connectedness ini dapat dilihat dari cerita Bu Kuruna, kepala sekolah SD Negeri 2 Karangmojo, Gunung Kidul dalam menciptakan menciptakan hubungan yang erat dan terbuka dengan wali murid. Menjalin komunikasi rutin, aktif serta telaten menjadi strategi beliau dalam menarik perhatian orang tua untuk membangun dan mengkomunikasikan visi bersama. Visi yang dibangun oleh SDN Karangmojo II bersama dengan GSM berfokus pada pengembangan karakter melalui penciptaan ekosistem sekolah yang menyenangkan. Setelah berjejaring dengan GSM selama satu bulan pada tahun 2017, beliau mencoba mengadakan pertemuan rutin dengan orang tua untuk membicarakan tentang cita-cita SDN Karangmojo II menjadi sekolah yang lebih menyenangkan. Orang tua pun dilibatkan dalam kegiatan sekolah seperti parent teaching atau orang tua mengajar, kesepakatan sekolah, dsb. Oleh karena orang tua banyak terlibat dan tahu tentang kebutuhan sekolah, dalam waktu 6 bulan, orang tua sangat mendukung sekolah dan berinisiatif sendiri dalam perihal iuran, tenaga dan ide untuk kelancaran kegiatan sekolah dan menghias kelas agar kelas menjadi lebih nyaman. Perubahan nyata dapat dilihat ketika orang tua berempati ketika suasana kelas yang gerah karena tidak ada kipas angin, orang tua kemudian berinisiatif bersama untuk pengadaan kipas angin dan dispenser. Meskipun sederhana, tetapi munculnya kesadaran emosi dan empati orang tua terhadap kondisi kebutuhan sekolah sangat berdampak pada penciptaan lingkungan yang lebih positif di sekolah. Hal ini tentu menguntungkan seluruh pihak karena sekolah dapat mewujudkan visi untuk menghadirkan sekolah yang mengutamakan pengembangan karakter anak, didukung dengan kegiatan ekstrakurikuler, sebagai salah satu wadah pembentukan karakter, ruangan dan sudut-sudut kelas menjadi lebih menyenangkan, dan kultur sekolah menjadi lebih positif sehingga orang tua senang dengan perkembangan karakter anak yang semakin baik. Dari aplikasi school connectedness di SDN Karangmojo II ini, dapat dilihat bahwa keterbukaan sekolah dan keterlibatan langsung orang tua dalam kegiatan sekolah merupakan hal utama yang perlu diutamakan oleh sekolah agar school connectedness dapat tercipta.
Bibliography
Catalino, R., Haggerty, K., Oesterle, S., Fleming, C., & Hawkins, J. (2004). The importance of bonding to school for healthy development: Findings from the Social Development Research Group. The Journal of School Health, 252-261.
Kurniawan, I. N., & Dewi, W. A. (2016). Emotional Awareness and School Connectedness: A Prelimenary Study Among Students in Indonesia . Procedia-Social and Behavioral Sciences, 622-625.
0 Comments