Remaja merupakan salah satu fase kehidupan manusia. Seperti yang telah diketahui, banyak perubahan yang akan terjadi pada usia remaja, apalagi pada usia remaja awal sekitar 12-15 tahun. Fase ini merupakan usia yang biasa disandang oleh siswa Sekolah menengah Pertama (SMP). Manusia pada fase ini mulai tertantang dengan hal-hal baru, mengalami emosi yang tidak stabil dan mulai berkeinginan untuk mencari tahu serta menggali diri sendiri secara lebih mendalam. Pada masa-masa ini lah siswa SMP sedang “bereksperimen” dengan kehidupannya dan mencari tahu tentang segalanya. Di saat yang sama pula, emosi siswa di umur SMP cenderung belum stabil. Kaitannya dengan pendidikan di sekolah, kondisi remaja yang dialami para siswa SMP menjadi tantangan tersendiri bagi para guru.
Kondisi tersebut tidak bisa hanya sekedar dibiarkan begitu saja. Sebenarnya, perlu perlakuan khusus oleh para guru untuk menanggapi kondisi remaja yang sedang dialami oleh para siswa SMP. Proses pembelajaran terhadap siswa SMP tidak bisa hanya terpaku pada buku atau silabus tanpa mengindahkan emosi dan rasa keingintahuan siswa. Hal ini juga dapat terjadi karena adanya tuntutan untuk segera mencapai target kurikulum atau atau memenuhi instumen-instrumen dari pemerintah yang memang belum mempertimbangkan aspek emosi siswa. Hanya saja, apabila emosi siswa sulit dilampiaskan dan rasa ingin tahu siswa tidak ditindaklanjuti, hal ini dapat berakibat pada kemungkinan siswa SMP untuk menyalurkan rasa penasarannya pada hal-hal yang kurang baik, menantang dirinya pada hal-hal yang tidak sesuai dan tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya sedang mereka rasakan atau inginkan.
Permasalah ini harus diupayakan dengan penyadaran kepada masyarakat bahwa pentingnya menindaklanjuti aspek emosi dan rasa keingintahuan siswa oleh guru-guru di sekolah. Poin ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) untuk menghadirkan pendidikan yang ideal dan ramah bagi perkembangan anak. Kali ini, Bu Frida Tesalonik, guru SMPN 7 Tangerang Selatan yang juga bagian dari guru penggerak GSM, membagikan pengalamannya tentang praktik pembelajaran yang holistik kepada siswa SMP.
Penggunaan Metode Pembelajaran dengan Social Emotion Learning (SEL)
SEL adalah sebuah pendekatan proses belajar yang mendorong pendidik untuk memandang kecerdasan siswa secara utuh, meliputi kecerdasan emosional. Berpegang pada pendekatan tersebut, Bu Frida menerapkan metode mengajar yang memberikan siswanya kesempatan untuk menuliskan apa yang sedang mereka lihat atau pelajari. Pertama, guru memberikan siswa sebuah video prolog. Lalu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuliskan apa yang siswa lihat, dengar, rasakan, pikirkan serta rencana yang dipikirkan setelah menonton video tersebut. Setelah siswa menuliskan beberapa hal tersebut, selanjutnya siswa diberikan tantangan “apakah siswa mampu memberikan solusi dari permasalahan di video yang sudah ditampilkan tadi?” Pembelajaran SEL ini ternyata bukan hanya memberi tantangan pada siswa, tetapi juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan emosi yang mereka rasakan ketika sedang menonton video pembelajaran.
Tidak Memberikan Siswa Batasan Tugas
Fase awal remaja yang penuh dengan tantangan menjadikan Bu Frida tidak membatasi kreativitas siswa ketika mengerjakan tugas. Hal tersebut tujuannya agar siswa merasa tertantang untuk semakin kreatif mengerjakan tugasnya. Bukan hanya dari segi kreativitas, ia juga membebaskan waktu pengumpulan tugas siswa. Hal ini dilakukan untuk membuat siswa menjadi belajar lebih bertanggung jawab.
Bu Frida mengatakan bahwa ada banyak perubahan yang dirasakan setelah menerapkan nilai-nilai dari GSM. Perubahan tersebut seperti siswa yang semakin bertanggung jawab akan pilihannya; siswa semakin antusias belajar; dan perubahan siswa dalam mengerjakan tugas. Perubahan-perubahan itulah yang membuat Bu Frida yakin jika GSM mampu untuk menjadi salah satu solusi atas permasalahan pendidikan di Indonesia.
Bu Frida berharap, melalui kolaborasi dengan hati antar pelaku pendidikan, maka semakin banyak pelaku pendidikan yang mampu lebih memanusiakan siswa. Karena pada dasarnya siswa juga manusia, mereka memiliki emosi sesuai dengan usianya.
0 Comments