Memberikan apresiasi pada anak akan memberikan motivasi bagi dia untuk terus belajar, meningkatkan rasa percaya diri dan juga sense of self pada anak. Salah satu artikel yang diunggah oleh Australian Parenting Website (raisingchildren.net.au), menyebutkan: “No matter how old your children are, your praise and encouragement will help them to feel good about themselves. This boosts their self-esteem and confidence“.
Seberapa sering guru dan orang tua memberikan apresiasi pada anak? Dibandingkan dengan negara-negara barat. Sepertinya guru dan orangtua di Indonesia kurang ekspresif dalam mengungkapkan apresiasinya pada anak. Hal itu disadari oleh Gerakan Sekolah Menyenangkan, karenanya lahirlah bintang kebaikan dan zona kebaikan yang sudah banyak diadopsi dan diterapkan di sekolah-sekolah model GSM. Adanya bintang kebaikan dan zona kebaikan ini semata-mata ingin memberikan apresiasi pada perilaku baik anak, sekecil apapun perbuatan baik tersebut. Hal ini membantu menghilangkan label anak nakal di sekolah karena setiap anak merasa dihargai.
Secara teoritis, pemberian apresiasi pada anak berkaitan dengan teori behaviorisme yaitu social learning dan operant conditioning. Dengan memberikan apresiasi, apapun bentuknya, apakah itu berupa hadiah, pelukan, senyuman, atau pujian, anak akan cenderung mengulangi perbuatan yang diberi penguatan tersbut karena perbuatan itu memberinya konsekuensi yang menyenangkan. Misalnya, ketika siswa membantu guru menghapus papan tulis lalu guru memberikan bintang kebaikan atau menuliskan ucapan terimakasih di zona kebaikan pada anak tersebut maka anak itu akan merasa bahwa perbuatannya dihargai dan dia termotivasi untuk mempertahankan tindakan baiknya tersebut.
Pemberian apresiasi dan pujian pada anak adalah sesuatu yang penting dilakukan karena mampu untuk meningkatkan kepercayadiriannya. Namun, pemberian apresiasi ini tentu harus diberikan dengan cara-cara yang efektif. Pemberian apresiasi yang efektif contohnya bisa dilakukan dengan menghindari pujian yang hanya menekankan pada kata sifat atribut anak. Pemberian pujian lebih baik berfokus pada mengapresiasi usaha dan proses yang siswa lakukan ketika dia mendapatkan suatu pencapaian. Misalnya ketika siswa mengerjakan tugas proyek dengan baik, guru memberikan apresiasi dengan memuji kerja kerasnya dan kemampuannya dalam melakukan kerja sama tim yang baik. Penting juga untuk menghindari membandingkan satu siswa dengan siswa lainnya ketika memberikan pujian, bandingkanlah pencapaian anak dengan pencapaiannya yang terdahulu sehingga dia mendapatkan kesadaran bahwa dengan terus belajar dan berusaha dia akan terus membuat kemajuan dan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Selanjutnya yang bisa dilakukan guru dan orangtua adalah memberi apresiasi secara spesifik sehingga anak tidak merasa bingung terhadap pencapaian apa yang telah dilakukannya. Contoh pemberian apresiasi yang spesifik misalnya “kamu membereskan dan menyimpan kembali mainan dengan rapi sekali ya!”
Selain semua apresiasi dan pujian yang diberikan secara verbal tersebut, apresiasi juga bisa dilakukan oleh guru dan orangtua dengan cara memberikan pelukan, tos atau mengacungkan jempol sebagai tanda bahwa perbuatan baiknya dihargai.
Hal yang tidak kalah penting dalam memberi apresiasi adalah adanya ketulusan dan mindfulness ketika apresisasi itu diberikan. Adanya mindfulness ketika memberikan apresiasi juga akan membantu anak dalam menyadari kekurangan dan kelebihannya sendiri. Karena pemberian apresiasi tentunya tidak hanya dilakukan ketika mendapatkan suatu pencapaian saja, ketika misalnya anak melakukan suatu kegagalan pun, apresisasi tetap bisa diberikan dengan memuji dan menghargai usaha mereka sambil memberikan dorongan pada anak atau siswa untuk mencoba lagi dan belajar dari kesalahan sebelumnya.
[Putri Nabhan]
0 Comments