GSM

Gambar 1. Anak anak sedang belajar

Pendidikan merupakan proses yang sangat penting bagi semua orang. Hal ini dikarenakan pendidikan dapat meningkatkan kecerdasan seseorang baik kecerdasan emosional, spiritual, kognitif, dan psikomotorik. Selain itu, pendidikan sejatinya adalah sebuah kebutuhan yang harus semua orang punya. Hal ini dikarenakan hampir tidak ada manusia yang tidak mungkin terkena efek dari pendidikan itu sendiri.

Gambar 2. Data PISA

Namun, pernahkan teman – teman berpikir bahwa pendidikan kita sedang tidak baik – baik saja? Misalkan saja, dalam data PISA dari rentang tahun 2000 – 2018 terlihat bahwa sebenarnya Indonesia masih berada pada ranking 72 dari 78 negara di dunia dari segi kualitas pendidikan yang diukur melalui literasi dan numerasi. Bahkan tingkat pola pikir Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan negara – negara lain. Tetapi yang mengejutkan bahwa tingkat perundungan di negara kita ternyata sangat tinggi dibandingkan dengan negara – negara OECD. Hal ini tentu sangat mengejutkan banyak sekali pihak. Ditambah dengan data PIACC yang juga menunjukkan bahwa Indonesia masih mengalami perkembangan yang stagnan. Data PIACC tersebut menunjukkan bahwa skor Indonesia masih rendah, bahkan lulusan S1 Indonesia itu diyakini literasinya masih jauh di bawah lulusan SMP yang ada di Denmark. Oleh karena itu, Lant Pritchett yang merupakan salah seorang professor dari Harvard University menyebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kondisi darurat karena Indonesia mengalami 128 tahun ketertinggalan dari segi pendidikan.

Oleh karena itu, dengan banyaknya data – data tersebut sudah cukup untuk menjadi sebuah bukti konkret bahwa Indonesia perlu dan harus berbenah dalam hal pendidikan. Mari kita lihat permasalahan pendidikan kita di negeri ini secara mendetail

1. Tingkat Perundungan dalam dunia sekolah

Gambar 3. Perundungan di sekolah

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memaparkan bahwa kasus bullying yang terjadi di Indonesia dari rentang tahun 2011 sampai dengan tahun 2019 mencapai 37.381 laporan. Hal ini tentu sangat mengejutkan berbagai pihak. Bahkan dalam dunia pendidikan Indonesia, tingkat perundungan mencapai 2.473 kasus. Hal ini membuat Indonesia berada pada peringkat 5 besar dari 78 negara dari jajaran negara – negara yang mengaku pernah mengalami perundungan.

Jika ini terus dibiarkan, maka efek yang dirasakan siswa selaku korban bullying tidak hanya bersifat fisik dan psikologis. Bahkan laporan mencatat bahwa 21 persen siswa yang mengalami kasus bullying cenderung bolos sekolah sementara 52 persennya dilaporkan datang terlambat ke sekolah. Hal ini justru sangat memprihatinkan karena sekolah tidak mampu menjadi tempat yang aman bagi siswa dalam belajar. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk bersama – sama peduli terkait dengan kasus ini karena eksistensi perundungan hanya membuktikan bahwa sekolah tersebut tidak ramah akan anak.

2. Rendahnya Literasi dan Numerasi Siswa

Gambar 4. Kemampuan Literasi dan Numerasi Siswa

Literasi merupakan kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek ilmu pengetahuan. Sementara numerasi berkaitan dengan kemampuan dalam berhitung. Di awal kita sudah disuguhkan mengenai data PISA yang menyebutkan bahwa Indonesia masih berada pada ranking 72 dari 78 negara di dunia dari segi kualitas pendidikan yang diukur melalui literasi dan numerasi. Tentu yang menjadi pertanyaanya sekarang adalah “Mengapa Indonesia masih berada dalam posisi yang sedemikian terporosoknya dibanding dengan negara – negara lain?”

Hal ini disinyalir terjadi karena stigma yang melekat pada Indonesia bahwa Indonesia adalah negara yang rendah dari skala literasi dan numerasi. Stigma yang sudah melekat bahkan mendarah daging ini pun menjadi stimulus yang buruk bagi Indonesia sendiri di mana pada akhirnya warga negara Indonesia yang malas dalam membaca akan menerima stigma tersebut. Hal ini cenderung mengakibatkan rendahnya daya saing warga Indonesia, dan lain sebagainya

3. Ketimpangan Sumber Daya Pendidikan

Gambar 5. Jembatan Rusak

Masalah ketimpangan sumber daya pendidikan adalah pekerjaan rumah yang dari dulu hingga sekarang masih terasa dampaknya. Namun, yang namanya harapan pasti akan terus ada untuk bisa memberantas masalah ketimpangan sumber daya pendidikan. Misalkan saja dari sumber Kemendikbud.go.id yang mencanangkan adanya pemerataan layanan pendidikan bermutu di seluruh jenjang dan meningkatkan kualitas pembelajaran di seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Tetapi, tetap saja ketimpangan dalam dunia pendidikan masih dirasakan. Tentu untuk mengatasi ketimpangan ini adalah dengan membuat manajemen pendidikan berbasis masyarakat agar masalah penyaluran dana pendidikan agar lebih akuntabilitas.

Selain itu, masih banyak masalah – masalah lain di bidang pendidikan yang dialami oleh Indonesia. Namun, tentunya Gerakan Sekolah Menyenangkan sebagai gerakan akar rumput yang peduli dengan pendidikan Indonesia tidak akan tinggal diam dalam menyuarakan kompas perubahan GSM untuk membuat pendidikan Indonesia terasa lebih baik lagi. Selain itu, GSM juga meminta agar guru – guru dan pihak – pihak lainnya untuk bersama – sama peduli dengan pendidikan Indonesia. Bagaimana pun juga pendidikan adalah penyelamat manusia dari zona kegelapan dan manusia harus berusaha maksimal untuk memajukan kualitas pendidikan kita saat ini

Salam Berubah, Berbagi, dan Berkolaborasi

Penulis: I Putu Wisnu Saputra

Editor: Nida Khairunnisaa


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.