GSM

Oleh: Yayah Kodariyah

Tanah Laut, 26 Juni 2026

Jeruk bentuknya bulat
Warnanya oren dan hijau
Mengandung vitamin c
Untuk Kesehatan gusi

Puisi itu saya buat & berulang kali saya ajarkan pada murid murid saya kelas 1 SD tentu dengan intonasi dan gerakan yang khas saat mendeklamasikannya. Anak-anak sudah langsung hafal jika saya teriak “Puisi Jeruk”, dengan lantangnya mereka membalas dengan mendeklamasikan puisi diatas lalu disambut senyum bahagia saya mendengar mereka berpuisi, terus berulang seperti itu tanpa makna berarti bagi saya.

Jeruk, menjadi buah yang amat sakral bagi masyarakat Indonesia bahkan penduduk dunia. Semua orang menyukainya, aromanya, bulir-bulirnya, sensasi rasanya, bahkan bentuknya yang bulat membuat mudah dibawa kemanapun. Jeruk menjadi sajian yang selalu ada dalam setiap perayaan dan momen kebersamaan. Ini artinya masyarakat dunia meyukai jeruk tanpa perlawanan, maka mereka menjaga buah jeruk dengan terus menanam dan merawatnya.

Bahkan dalam tulisannya, Virginia Woolf dalam esainya “ Orlando” menulis tentang symbol jeruk, ia menulis “Jeruk memiliki kualitas lain selain kesegarannya yang alami. Jeruk adalah sImbol rasa manis dan kedamaian yang mengikuti rasa pahit dan badai, jeruk adalah buah yang terlihat dari anugerah yang tak terlihat.”

Hari ini puisi jeruk yang saya perkenalkan pada murid-murid saya, menjadi lebih punya banyak makna yang membuka mata hati dan pikiran saya. Bukan sekedar tentang vitamin C dan kesehatan gusi, tetapi ia adalah symbol kearifan lokal, keberuntungan, kekuatan komunitas dan perjuangan yang berbuah manis (kebahagiaan) setelah melewati pahitnya perjuangan.

Hal itu saya rasakan ketika hari pertama penguatan komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan Kabupaten Tanah Laut saya dibuat haru oleh seorang pendamping satuah Pendidikan yang hadir bersama guru-guru nya yang semangat mengikuti workshop gsm dengan menempuh perjalanan selama 4 jam dari kabupaten Barito Kuala. Namun bukan itu yang membuat saya terharu, tetapi sekeranjang buah jeruk yang beliau bawa khusus untuk saya.

Jeruk yang jumlahnya tidak sedikit bukan semata mata untuk saya bawa pulang dari Kalimantan ke Cirebon, bisa dibayangkan saya harus membawa sekeranjang jeruk yang begitu berat itu bagaimana caranya? Maka dengan izin Pak Sukatno, saya membagikan jeruk tersebut untuk teman-teman pegiat GSM yang hadir .

Bukan tanpa alasan Pak Sukatno dengan jeruknya, beliau faham jeruk sebanyak itu sulit untuk saya bawa ke Cirebon sebagai oleh-oleh. Namun beliau mengajarkan kami untuk semangat menjaga dan merawat Komunitas GSM, spirit kekeluargaan dan nilai-nilai yang gsm bawa.

Sekeranjang jeruk itu akhirnya dimakan bersama dengan temen-temen GSM Tanah Laut, dan menjadi pesan istimewa, bahwa ketika membuka buah jeruk terkadang keluar gas yang membuat mata perih dan meninggalkan sensasi pahit di jari, tapi itu akan segera sirna manakala kita memakan buah nya. Itulah symbol perjuangan guru-guru , tidak mudah menapaki jalan menjadi seorang guru.

Jeruk adalah Gerakan Sekolah Menyenangkan yang akhirmya menjadi kekuatan kami untuk terus melangkah saling menguatkan berjalan diatas komitmen menjadi nyala kehidupan anak-anak dimasa depan, dan istiqomah diatas perjuacngan yang kami pilih, menjadi guru yang MERAKI.

Sebagaimana jeruk, adalah anugerah yang tak terlihat, GSM adalah anugerah yang hanya bisa dirasakan oleh batin sang pembelajari, pencari kebermaknaan hidup.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.