GSM

Dulu, di tahun 1880-an fokus manusia adalah keluarga, agama, dan ketahanan hidup. Kemudian di tahun 1980-an fokus manusia mungkin sedikit bergeser ke arah karir, hobi, TV, dan hiburan. Sementara di tahun 2020-an kini fokus manusia mungkin adalah youtube, Instagram, spotify, bitcoin, dan artificial inteligence. Dengan kata lain, fokus manusia terus bergeser seiring perubahan zaman. Begitu pula ketakutan-ketakutan manusia. Di zaman batu, mungkin ketakutan manusia sebatas takut pada hal – hal yang buas. Sementara di zaman sekarang manusia juga mencemaskan masalah “kebahagiaan”.

Saat ini masalah psikologis disinyalir menjadi lebih dominan. Ini bisa dilihat dari rasa stress yang banyak dialami siswa – siswi. Selain itu, mental overload seperti kebingungan dan kecemasan pun rentan terjadi akibatnya banjirnya informasi.

“Apakah anak – anak kita sekarang masuk ke sekolah dengan bahagia?” tanya Pak Muhammad Nur Rizal, Founder GSM, dalam sebuah diskusi membahas “Filosofi Sekolah Masa Depan” yang diikuti oleh ratusan guru-guru Komunitas GSM.

“Justru saat ini peran dunia pendidikan adalah harus membangun kecerdasan emosi dan keseimbangan mental karena manusia itu butuh resiliensi, daya juang, kegigihan untuk beradaptasi dengan perubahan yang sangat cepat,” tutur Pak Rizal.

Pak Rizal menegaskan bahwa solusi utama manusia abad 21 adalah manusia butuh stay relevant untuk menghadapi perubahan dunia yang sangat cepat. Untuk menjadi stay relevant, maka manusia dituntut untuk reinventing dirinya sendiri. Dalam konteks pendidikan, ini berarti bahwa sekolah perlu membuat siswa mengenali diri mereka sendiri. Selain itu, sekolah perlu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar anak mau belajar terus menerus. Baru setelah itu anak akan menemukan kebermaknaan hidup.

Dalam konteks yang lebih luas, sistem pendidikan perlu bergeser dari nilai-nilai feodalisme kepada sistem pendidikan yang merdeka dan mendorong inovasi. Adapun sistem pendidikan merdeka yang dimaksud tidak hanya berarti bebas merdeka saja, tetapi juga mandiri. Cara pikir yang bersifat standarisasi juga harus diubah ke cara pikir pendidikan yang berfokus pada pengembangan individu. Sebab untuk membuat anak menjadi stay relevant, dia harus melakukan reinventing dan itu hanya didapatkan melalui cara pikir pengembangan individu. Selain itu, pergeseran juga perlu dilakukan dari pendidikan yang berfokus pada konten kurikulum ke pendidikan yang membangun penalaran dan kesadaran. Sebab hanya orang “sadar” yang mampu menemukan dirinya, sertanya menyeimbangkan mental dan emosinya.

Rekaman workshop “Pendampingan Sekolah Model GSM: Filosofi Sekolah Masa Depan” bisa disimak melalui tautan berikut ini:

https://youtu.be/M9BAWDScHhY

Salam Berubah, Berbagi, dan Berkolaborasi

Penulis: I Putu Wisnu Saputra

Categories: sekolah

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.