“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.”- (QS. Al-‘Alaq [96]: 1)
Ayat tersebut menekankan pentingnya membaca sebagai jalan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan melatih nalar berpikir kritis. Membaca menjadi sarana untuk memahami tanda-tanda kebesaran Allah yang tersebar di alam semesta, serta refleksi diri dalam menjalani kehidupan.
Secara filosofis, membaca adalah manifestasi eksistensi manusia sebagai makhluk berpikir. Dengan membaca, manusia mengaktualisasikan potensi akalnya, membedakan dirinya dari makhluk lain, dan berkontribusi dalam peradaban. Bagi seorang guru, membaca adalah kunci untuk terus belajar dan berkembang, memastikan bahwa ilmu yang disampaikan kepada siswa selalu relevan dan up-to-date.
Membaca bagi seorang guru adalah sebuah keharusan yang mendasar. Dalam konteks pendidikan, membaca memiliki urgensi yang tak terbantahkan. Data menunjukkan bahwa kualitas literasi dan numerasi di Indonesia masih memprihatinkan. Hasil PISA tahun 2022 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-69 dari 81 negara dalam kemampuan literasi membaca, dengan skor rata-rata 359, menurun 12 poin dibandingkan tahun 2018. Selain itu, Indonesia berada di posisi ke-100 dari 208 negara dengan tingkat literasi 95,44%, tertinggal dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Kegiatan membaca bagi seorang guru tidak terbatas pada teks tertulis. Lebih dari itu, guru dituntut untuk “membaca” alam, situasi, dan fenomena yang terjadi di sekitarnya. Kemampuan ini memungkinkan guru untuk memahami konteks sosial dan budaya siswa, serta dinamika perubahan yang terjadi, sehingga dapat merancang pembelajaran yang relevan, bermakna, memiliki value, dan berorientasi pada kebutuhan di masa depan.
Rendahnya minat dan daya baca masyarakat Indonesia menjadi tantangan serius. Survei PISA tahun 2018 mengungkapkan bahwa hanya sekitar 25% siswa Indonesia yang mencapai kompetensi membaca pada tingkat minimum atau lebih. Hal ini menekankan pentingnya peran guru dalam membangkitkan semangat literasi di kalangan siswa.
Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika “Baca, baca, dan baca” menjadi salah satu pesan penting yang disampaikan oleh Bapak Muhammad Nur Rizal dalam orasinya pada acara Ngkaji Pendidikan di Sumedang dengan tajuk, “Guru, Menjadi Penonton atau Penyelamat Generasi Masa Depan”
Sebagai guru, dengan meningkatkan kapasitas diri melalui membaca, kita tidak hanya menyelamatkan generasi masa depan, tetapi juga membentuk mereka menjadi individu yang kritis, kreatif, dan berakhlak mulia.
Cirebon, Jumat, 28 Februari 2025
0 Comments