GSM

“Ternyata titik balik itu, merdeka belajar, satu frase dengan dua kata tersebut yang semakin meneduhkan apa yang dicita-citakan oleh GSM … Mencoba untuk membumikan kembali pendidikan yang lebih memanusiakan, memerdekakan dan bukan membelenggu dengan keharusan dalam pencapaian nilai yang tinggi. Saya ingin menceritakan pengalaman saya dengan GSM dan kenapa GSM juga kita ajak untuk mengembangkan pendidikan vokasi.”

Inilah yang diutarakan oleh pak Wikan dalam pembukaan pidatonya di Festival Sekolah Menyenangkan pada 20 Desember 2021 yang lalu. Beliau memulai ceritanya melalui kilas balik pengalamannya sekitar tahun 2018 atau 2019 yang lalu. Pada saat itu menteri pendidikan negara bagian Victoria di Australia berniat untuk mengunjungi sebuah SMP Negeri di Sleman dan cukup pinggiran. 

Berita kunjungan tersebut beliau terima melalui kabar yang diutarakan oleh pak Rizal selaku founder GSM. “Saya dikabari pak Rizal kalau ada menteri pendidikan Victoria mau meninjau SMP di Sleman yang sudah kena bibit perubahan atau virus GSM.” Seperti itu menurutnya. Pada saat itu, pak Wikan yang baru memulai semangat sebagai seorang Youtuber juga memanfaatkan momen tersebut sebagai pengambilan konten Youtube-nya yang edukatif. 

“Ketika menteri pendidikan itu datang di SMP, saya sih niatnya nyari konten” Seperti itu katanya. Namun, ketika beliau dan menteri Victoria sampai di SMP tersebut. Pak Wikan merasa takjub karena beliau telah keliru memandang sekolah yang beliau anggap sebagai pinggiran. Lokasinya mungkin kurang strategis sehingga tidak cukup dikenal oleh masyarakat. Akan tetapi, SMP tersebut sudah bergerak maju dengan tampilan yang berbeda. 

Menurut pak Wikan “Wah, gila, gila. Jadi SMP itu sudah bergerak maju. Anak – anaknya itu tersenyum semua, ingin tampil semuanya. Tata letak kelasnya sudah berubah, banyak mimpi – mimpi yang tertulis di dinding, dan guru – gurunya semangat sekali untuk tampil dan komunikatif.” Sejak saat itu, beliau tertegun dan mengingat kembali bahwa perubahan mindset terhadap seseorang mampu menciptakan perubahan yang jauh lebih signifikan.

Salah satu kegiatan belajar – mengajar yang beliau amati bersama dengan menteri pendidikan Victoria di sekolah tersebut adalah PPKN yang memuat budi pekerti dan etika. Praktik pembelajaran yang berlangsung cukup berbeda dari sekolah pada umumnya. Pada saat itu, anak – anak melakukan Project Based Learning dengan menciptakan suatu permainan yang berhubungan dengan budi pekerti dan etika.  

“Ada yang membuat games seperti jam dengan anak panah yang dapat diputar. Berhentinya anak panah tersebut menunjukkan pertanyaan yang perlu dijawab saat itu juga. Jadi, kayak tebak – tebakan. Nah, itu adalah satu titik dimana saya mengingat seumur hidup ‘Wah, kalau SD-SMA/K se-Indonesia seperti ini. Indonesia pasti maju.” Seperti itu yang diutarakan oleh pak Wikan, yaitu melalui cara yang kreatif, menyenangkan, dan tentu tidak membosankan. 

Bukan hanya menguatkan secara kognitif, namun mengasah daya kreativitas, hingga sisi emosional peserta didik yang dikemas dalam bentuk Project Based Learning. Sederhana namun bermakna, berbagai praktik PjBL mampu meningkatkan kebermaknaan belajar peserta didik melalui proses yang dijalankannya. Bukan hanya sekedar mengingat, meniru, lalu melupakan apa yang telah dipelajari sebelumnya. 

Di sisi lain, beliau melihat bahwa pada saat itu SMK masih hanya menekankan aspek kognitif. Beliau melihat hal ini sebagai titik pangkal ketidakmajuan SMK dan vokasi. Pembelajaran lebih menekankan pada hardskill namun sangat kurang mengasah softskill peserta didik. Melalui GSM dan perubahan mindsetnya. Pak Wikan yakin bahwa semangat GSM mampu mewadahi pembelajaran SMK bahkan juga SD hingga SMA. Secara khusus, SMK juga akan mampu link and match dengan industri secara total dan komprehensif

Pak Wikan berharap bahwa kedepannya, GSM akan tetap memberikan semangat kepada para kepala sekolah, serta para guru untuk lebih memanusiakan, memerdekakan, dan membuat setiap anak menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat yang mampu membuat mereka menjadi apapun yang mereka inginkan namun menjadi versi yang terbaik dalam dirinya. Seperti yang beliau sampaikan melalui quotes-nya, yaitu “Be whatever you want to be, do what you love, and love what you do.”

Penulis: Hayinah Ipmawati


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.