GSM

Keprihatinan terhadap kondisi pendidikan di Pangandaran yang belum berkembang sejak ia kecil hingga sudah berganti generasi menjadi latar belakang munculnya ide untuk membawa GSM ke Pangandaran.  Berangkat dari KKN, berdampak menjadi bola salju pembawa harapan perubahan. 

Namanya Afif, dia adalah mahasiswa Filsafat UGM yang aktif mengikuti kegiatan GSM sebagai anak magang hingga volunteer untuk Gerakan Turun Sekolah. Dia tertarik dengan GSM karena kesamaan visinya dengan GSM, yaitu untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Makna GSM baginya adalah sebagai gerakan akar rumput yang melek dengan realita yang ada, langsung bertegur sapa dengan guru dari struktur terbawah sekalipun, dan merangkul semua guru tanpa terkecuali. Ia sangat mendukung upaya GSM untuk mengembalikan marwah guru Indonesia karena hal tersebut menjadi penyemangat sekaligus wadah bagi para guru untuk mewujudkan perubahan berdasarkan kesadaran bersama.

Meskipun saat ini Afif sudah tidak berpartisipasi aktif dalam organisasi internal GSM, perjuangan Afif tidak berhenti begitu saja. Semangat yang diperolehnya selama di GSM membuatnya ingin membawa hal tersebut ke daerahnya, yaitu Pangandaran.

Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pengabdian Masyarakat (KKN-PPM) UGM menjadi jalan masuk Afif untuk membawa GSM ke Pangandaran. Awalnya ia hanya ingin menjadikannya sebagai program kerja di lingkup wilayah kerja KKN, yaitu di Kecamatan Cijulang. Namun, berkat dukungan penuh dari pengurus GSM lain, ia disarankan untuk masuk melalui Dinas Pendidikan Kabupaten setempat. Tidak disangka, pihak dinas menyambut hadirnya GSM dengan baik sehingga Afif berhasil menyelenggarakan kegiatan pengenalan GSM secara online yang dihadiri oleh 800 orang guru di seluruh Pangandaran mendengarkan orasi Pak Rizal, Founder GSM tentang “Hilangnya Hakikat Pendidikan Indonesia.”

Tak sampai disitu, antusiasme guru di komunitas GSM Pangandaran ini disambut baik oleh komunitas GSM daerah lain, salah satunya komunitas GSM Cirebon. Pada 12 Agustus 2024, Bu Yayah, Bu Dewi, dan beberapa pegiat lain berkunjung langsung ke cikal bakal komunitas GSM Pangandaran dengan inisiatif dan biaya sendiri. Bersama 90 guru dari Pangandaran, ruang ketiga tercipta hingga terbentuklah komunitas GSM Pangandaran dengan spirit mengobarkan nilai-nilai GSM di sekolah-sekolah yang ada di Pangandaran.  Bahkan beberapa perwakilan dari komunitas yang baru berdiri pada 12 Agustus 2024 ini yang berjumlah sekitar empat orang langsung berkunjung ke Yogyakarta untuk menghadiri Ngkaji Pendidikan di Yogyakarta yang dilkasanakan pada 24 Agustus 2024 lalu.

Pak Dodi Budiana atau yang biasa disapa dengan Kang Ido merupakan salah satu guru yang mengajukan diri untuk menjadi penggerak GSM Pangandaran. Beliau saat ini aktif menjadi Kepala Sekolah di salah satu SMP di Pangandaran sekaligus penggerak yang menyebarkan GSM ke sekolah-sekolah lain. Ketertarikannya dengan GSM berawal dari kesamaan visi GSM dengan visinya yang ingin mewujudkan pendidikan yang membahagiakan. Dari situ, Kang Ido mulai mencari tahu lebih jauh mengenai GSM dan ternyata memang benar hal tersebut selaras dengan apa yang selama ini dia upayakan. “Maju Bersama, Generasi Bahagia”, hal ini merupakan visi di sekolah Kang Ido sebagai landasannya untuk melakukan sesuatu yang berbeda dengan guru lain.

Dulu, Kang Ido enggan untuk berbagi tentang inovasi pembelajarannya kepada sekolah lain karena tidak mau disaingi, tetapi setelah mengenal GSM, hal tersebut tidak diperdulikannya lagi.

“Karena yang terpenting adalah bagaimana kolaborasi antar guru untuk menciptakan sebuah perubahan, sedangkan keegoisan tidak akan pernah menjumpai kebahagiaan”, ungkap Kang Ido.

Motivasi Kang Ido untuk menyebarkan GSM di Pangandaran juga datang dari Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Pangandaran yang memiliki keinginan untuk tidak melaksanakan tugas pendidikan dengan ngalir saja. Beliau sangat ingin membantu guru untuk bisa mengajar dengan sepenuh hati dan berdasar pada kesadaran diri. Dari sanalah semangat Kang Ido meningkat. Ditambah GSM bukan hanya gerakan yang bersifat top down, tetapi semua elemennya, bahkan founder dan co-foundernya juga turun langsung untuk memanage gerakan hingga bertemu dengan guru-guru di aras akar rumput.

Kang Ido memaknai perjalanannya sekarang sebagai kelanjutan dari perjuangan Afif, Bu Lily, Teh Yayah, dan beberapa pegiat lain yang sudah membawa GSM ke Pangandaran. Ia memulainya dengan mempraktikkan GSM di sekolahnya terlebih dahulu. Kemudian merambah ke beberapa sekolah lain yang kepala sekolahnya dekat dengan beliau. Tanpa disangka praktik GSM yang dilakukan di kelasnya ditiru oleh guru-guru lain. Beberapa dari mereka mulai menerapkan dialog dalam pembelajaran dengan membuat ruang ketiga, menggunakan metode Social Emotional Learning (SEL), serta memberikan waktu untuk istirahat dan sosialisasi sebaya yang lebih lama. Hal tersebut dilakukan dalam rangka untuk memanusiakan siswa dengan tidak memandangnya sebagai robot yang tidak bisa merasakan apapun. Kegigihannya dalam menyebarkan GSM di Pangandaran juga mulai mendapat perhatian dari sekolah lain dengan respon beberapa sekolah yang mulai bertanya-tanya mengenai GSM. 

Setelah kurang lebih satu bulan menerapkan GSM di sekolahnya, Kang Ido mulai merasakan perubahan. Suasana pembelajaran mulai nyaman, anak-anak mulai betah di sekolah, dan mereka mulai bisa mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkan. Ia menyadari bahwa sebelum mengenal GSM pun sebenarnya dia sudah mengamalkan nilai-nilai GSM, tetapi menyenangkan yang dirasakannya hanya sebatas senang-senang, belum ada makna yang bisa dirasakan. Hal tersebut dikarenakan ketiadaan ruang untuk berefleksi dan berimajinasi sehingga senang yang dirasakan belum sampai pada pemaknaan yang dalam. Ia berharap, ada semakin banyak guru yang mengetahui dan melaksanakan GSM di kelasnya. Karna baginya, dari 50 orang yang mengetahui GSM dan 1 orang melaksanakan saja sudah sangat baik, apalagi jika semuanya melaksanakan. Bisa dibayangkan seperti apa rasanya masuk ke sekolah yang isinya adalah jiwa-jiwa yang merdeka dan selalu melakukan sesuatu dengan bermakna.

Penulis: Syifa Rizqi Amalia


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.