Melihat banyak berita kekerasan di dunia pendidikan, membuat kekhawatiran bagi paraorang tua maupun para pendidik. Meskipun pemerintah telah mengeluarkan berbagai instruksi dan kebijakan untuk meningkatkan keamanan di sekolah, kenyataannya data kekerasan di dunia pendidikan masih menjadi masalah yang meresahkan. Upaya pemerintah terkadang terbatas pada level instruksional tanpa dilengkapi dengan langkah-langkah konkret implementatif yang berdampak langsung terhadap rasa aman di lingkungan pendidikan.
Salah satu usaha yang sangat diperlukan adalah peningkatan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di kalangan siswa dan tenaga pendidik. Banyak kasus kekerasan di sekolah memiliki akar yang berkaitan dengan masalah kesehatan mental, seperti stres, depresi, dan kecemasan. Dengan memperhatikan kesehatan mental secara serius, sekolah dapat memberikan layanan konseling yang memadai dan menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan kesejahteraan psikologis bagi seluruh anggota komunitas sekolah.
Contoh sederhananya adalah dengan memperkenalkan program-program seperti kurikulum SEL (Social Emotional Learning). Program ini adalah sebagai penyediaan ruang aman di sekolah untuk berbicara dan berbagi perasaan, serta pelatihan bagi guru dan staf sekolah untuk mengenali dan menangani masalah kesehatan mental. Selain itu, pembentukan kelompok-kelompok pendukung antarsiswa dan pendukung antarguru juga bisa menjadi langkah yang efektif dalam memperkuat dukungan sosial di lingkungan sekolah. Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) juga sudah membudayakan kegiatan-kegiatan yang menunjang SEL, seperti circle time, pagi berbagi, buddy program, cross learning, social challenge, dan beberapa program lainnya yang mengandung nilai kembali mendidik manusia. Dengan demikian, kegiatan tersebut dapat menjadi upaya untuk mengurangi risiko kekerasan dan menciptakan ruang pendidikan yang lebih aman dan inklusif.
Penulis: Ali Shodikin (Leader Komunitas GSM Jateng)
0 Comments