GSM

Dalam Festival Sekolah Menyenangkan, pak Rizal selaku founder GSM menyampaikan tiga bagian besar sebagai titik balik dan juga perjalanan spiritualnya yang hingga saat ini terus beliau arungi. Pada bagian pertama, beliau menyebutnya sebagai cermin masa lalu yang kemudian terkoneksi sebagai penemuan titik balik. Kilas balik tersebut, beliau bagikan dalam pidatonya yang terangkum dalam tulisan ini. 

40 tahun yang lalu, sebuah kota dan desa kecil di madura merupakan tempat tinggal beliau semasa kanak-kanak. Namun, pada saat itu, sosok ayahnya memandang bahwa perkembangan di daerah tersebut tidak cukup untuk menunjang kelayakan dan kemajuan pendidikan anak – anak nya. Meskipun sebenarnya ayah pak Rizal merupakan cucu tertua yang diberikan kesempatan untuk meneruskan tradisi yang sesuai dengan latar belakang keluarga ‘pesantren’ nya. Namun, ayahnya memilih untuk keluar dan menyimpang ke sebuah kota lain yang lebih mampu menopang kemajuan pendidikan pak Rizal, dan saudara kandungnya. 

Akan tetapi, kota tersebut tetap perkotaan sub urban yang didominasi oleh penduduk miskin dan juga para preman. Tidak jarang beliau mengalami perundungan hingga memilih untuk belajar berkelahi dan mengalahkan setiap orang yang suka mengusik ketentraman individu lainnya. Namun, ternyata hal tersebut justru membuat pak Rizal sering mendapat panggilan oleh kepala sekolahnya dan dijuluki sebagai ‘sampah sekolah’. 

Di samping itu, beliau bertemu dengan sosok guru yang tidak akan pernah beliau lupakan, yaitu bu Juwariyah. Dalam pidatonya, pak Rizal menirukan kalimat yang bu Juwariyah utarakan kepada dirinya dahulu, yaitu “Kamu bukan anak yang nakal, percaya ibumu nak.” Seolah – olah ini menjadi suatu mantra yang mampu meyakinkan pak Rizal bahwa dirinya tidak seburuk seperti apa yang dikatakan oleh kepala sekolahnya pada saat itu. 

Tidak hanya kata – kata, bu Juwariyah juga menawarkan waktunya untuk memberikan tambahan belajar kepada pak Rizal. Dengan tekun, pak Rizal datang ke rumah bu Juwariyah dengan mengayuh sepeda bekas yang dibelikan oleh orang tuanya. Sesampainya di sana, bu Juwariyah mengajarkan tanpa memberi nilai, beliau juga mengajarkan tanpa amarah. Beliau hanya mengajarkan bagaimana caranya untuk menyelesaikan berbagai latihan soal.   

Alhasil, bukan hanya sekedar hasil yang biasa – biasa saja. Beliau berhasil mendapatkan nilai ujian yang mampu menempatkan dirinya di seluruh sekolah favorit Yogyakarta bahkan di seluruh Indonesia. “Gara – gara bu Juwariyah” katanya. Bu Juwariyah bukan sosok guru yang mampu menjangkau berbagai pelatihan mewah di hotel – hotel berbintang. Akan tetapi, beliau merupakan guru desa yang paham akan pendidikan yang memanusiakan setiap anak didiknya. 

Bagian yang kedua adalah tentang keluarga dan rasa ingin tahu. Pak Rizal mendapat kesempatan untuk S3 di Australia dan hal ini merupakan titik balik dalam hidupnya. Berkaca pada masa lalunya yang pernah mendapat perundungan karena merasa asing dan berasal dari daerah yang berbeda. Pak Rizal khawatir kalau anak pertamanya akan mengalami hal yang sama ketika akan bersekolah di Australia dan menemani dirinya di sana. 

Ternyata kekhawatiran pak Rizal berbanding terbalik dengan kondisi nyata yang dialami anaknya. Pada hari pertama sekolah, pak Rizal menjemput pulang anaknya, tetapi justru sebuah penolakan yang diberikan. Sehingga, beliau perlu membujuk anaknya untuk kembali ke rumah. Hal ini terus terjadi hingga hari berikutnya. Hal ini cukup menggugah rasa penasaran pak Rizal. Beliau akhirnya memilih untuk datang dan mengamati sekolah tersebut. 

“Baru datang di gerbangnya saja saya bisa merasakan bahwa saya ingin kembali masuk ke sekolah dasar dibandingkan SD saya dulu. Suasananya, bukan fasilitasnya, dimana para guru membuka tangan kepada siapa saja yang datang dan melihat perbedaan talenta setiap anak yang belajar di sekolah itu. Sehingga, setiap anak berkembang menemukan versi terbaiknya.” Ini adalah kesan yang pak Rizal alami ketika berada di sekolah anaknya pada saat itu. 

Beliau menemukan bahwa apa yang dilakukan oleh para pendidik di sana bukan hanya sekedar metodologi belajar, melainkan memang paradigma pendidikannya yang mampu menciptakan model ruang kelas dan cara mengajar para guru di sana. Beliau juga memandang hal ini sebagai harapan baru bagi pendidikan di Indonesia untuk tidak menyeragamkan dan hanya berfokus pada kompetensi akademik. 

Bagian ketiga adalah tentang kehilangan dan cinta. 6 tahun yang lalu, ibu pak Rizal bermimpi kejatuhan dua pena dari atas langit. Pena tersebut bersinar dan menyisakan kesejukan serta ketenangan dalam dirinya. Pak Rizal mencoba untuk merefleksikan makna mimpi yang dialami oleh ibunya.  Pak Rizal masih bertanya – tanya hingga seminggu kemudian ibunya meninggal dunia. “Saya tidak tahu ada jalan apa dibalik ini.” Seperti itu tuturnya. 

Disamping itu, sebelum ibundanya, ayahnya yang sudah terlebih dahulu meninggal dunia sempat memberikan pesan kepada bibinya untuk menjaga pak Rizal. Ayahnya bermimpi bahwa mungkin akan ada banyak orang yang membutuhkan anaknya dikemudian hari. “Mimpi itu tidak dititipkan kepada ibu saya, tetapi dititipkan kepada bibi saya. Sekarang saya baru sadar sebulan setelah ayah saya meninggal. Ternyata ibu saya juga ikut meninggal” renung pak Rizal. 

Sejak saat itu beliau semakin percaya bahwa ada dua mimpi yang disampaikan oleh ayah dan ibunya. Hal tersebut menjadi kekuatan baginya untuk menciptakan gerakan akar rumput yang mampu membangkitkan dunia pendidikan di Indonesia. “Saya bertekad untuk mendarmabaktikan pengetahuan, keterampilan, koneksi, dan segala yang saya punya bersama Novi (istrinya) untuk bisa terus bersemai dengan bapak ibu yang ada di Gerakan Sekolah Menyenangkan” seperti itu tekad dan keyakinannya dalam mendirikan GSM. 

Untuk pidato pak Rizal selengkapnya, bisa diakses melalui kanal Youtube GSM dalam tautan berikut: https://youtu.be/QtaZBWXpmss?t=4186 

Penulis: Anastasya Hananesca

Editor: Hayinah Ipmawati


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.