Dalam lautan informasi yang tak terbatas, dunia pendidikan masih merangkul paradigma lama. Paradigma dengan menjejali anak didik dengan informasi sebanyak-banyaknya untuk memenuhi tuntutan kurikulum yang merdeka, tetapi implementasinya guru sebagai penggerak utama masih banyak yang belum merasakan kemerdekaan. Namun, harus disadari bahwa era saat ini telah berubah secara fundamental. Dahulu, akses terhadap informasi masih sangat sulit, bahkan disensor oleh negara. Namun, kini, informasi melimpah ruah tanpa sensor, mengalir dengan leluasa melalui jaringan digital yang mengubah lanskap pendidikan.
Revolusi informasi bioteknologi dan infoteknologi telah membawa perubahan yang mendalam dalam kehidupan manusia. Informasi yang diajarkan hari ini mungkin akan menjadi usang dalam beberapa tahun ke depan karena perubahan yang begitu cepat dan tak terduga. Oleh karena itu, orientasi pendidikan harus mengalami pergeseran fundamental. Tidak lagi penting untuk hanya menyajikan informasi, melainkan untuk mengajarkan anak didik cara memilih, menilai, dan menyaring informasi yang relevan dan benar.
Orientasi pendidikan abad ke-21 bukan hanya tentang pemenuhan 4C (Communication, Collaboration, Creativity, Critical Thinking), tetapi lebih jauh lagi adalah tentang mempersiapkan anak didik untuk menghadapi perubahan. Anak didik harus dibekali dengan kekuatan intelektual, mental, dan spiritual agar mampu menavigasi dunia yang terus berubah. Mereka harus memahami diri mereka sendiri, identitas mereka, dan tujuan hidup mereka di tengah lautan informasi yang tak terbatas ini.
Penggabungan bioteknologi dan informasi menghadirkan tantangan baru: manusia bisa bermutasi, bahkan bermigrasi ke dunia baru yaitu dunia maya yang memiliki norma sosial yang berbeda. Konsep ruang ketiga dalam pendidikan dapat menjadi landasan untuk menghadapinya. Di dalam ruang ketiga, anak didik diajak untuk tidak teralienasi oleh kemajuan teknologi, tetapi sebaliknya, untuk menggunakan teknologi sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka. Guru dapat membimbing mereka dalam menggunakan teknologi secara bijaksana dan kritis, sambil tetap menjaga koneksi/interaksi manusiawi dan nilai-nilai kehidupan. Di sinilah pentingnya Ruang Ketiga dalam pendidikan, guru harus memastikan bahwa anak didiknya tetap terhubung dengan norma kemanusiaan, bahkan ketika mereka hidup di dunia maya.
Dunia pendidikan di abad ke-21 memiliki tugas yang besar: mempersiapkan anak didik untuk masa depan yang tak pasti. Guru harus menjadi lebih dari sekadar pemberi informasi; mereka harus membimbing anak didik dalam membentuk cara berpikir, cara mengelola emosi, dan cara memahami dan berhubungan dengan sesamanya yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan menghadirkan Ruang Ketika dalam pendidikan, kita bisa memastikan bahwa anak-anak akan tetap menjadi manusia sejati, bahkan di tengah lautan informasi yang tak terbatas dan dunia yang terus berubah. Dengan demikian, Ruang Ketiga tidak hanya menjadi tempat untuk belajar, tetapi juga menjadi tempat anak-anak dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang manusiawi, dan siap menghadapi dinamika dunia modern yang kompleks.
Penulis: Ali Shodikin (Leader Komunitas GSM Jateng)
0 Comments