GSM

Menjadi narator adalah sebuah tugas mulia karena dapat berkontribusi dalam gerakan dengan menarasikan kembali apa yang sudah didapat ketika Ng(k)aji Pendidikan. Selain menyebarkan, menjadi narator juga merupakan proses belajar.

Dalam rangka merawat semangat kemerdekaan, isu kebesaran Indonesia menjadi sebuah gagasan besar yang dibawakan oleh Gerakan Sekolah Menyenangkan untuk menguatkan kembali kecintaan dan kebanggaan siswa terhadap kebesaran bangsa. Bergulirnya isu ini dimulai sejak acara Ng(K)aji Pendidikan: Menemukan Kembali Indonesia yang digelar di Taman Budaya Yogyakarta tanggal 24 Agustus 2024. Acara tersebut dihadiri oleh lebih dari 800 guru dari seluruh Indonesia. Tidak berhenti di sana, GSM memiliki tradisi tersendiri untuk membumikan isu kepada seluruh guru di Indonesia, khususnya bagi mereka yang tidak dapat menghadiri Ng(k)aji secara offline, yaitu melalui  kegiatan Pendar. Kegiatan Pendar ini dinarasikan oleh 50 guru yang ditunjuk sebagai narator untuk membawakan isu tentang Menemukan Kembali Indonesia dan menularkan semangat yang telah dibawanya dari kegiatan Ng(k)aji Pendidikan.

Peran narator tersebut salah satunya dipegang oleh Bu Putri Manggala Wuri atau yang biasa kami panggil Bu Putri. Bu Putri adalah seorang Pegiat GSM Tangerang Selatan yang saat ini mengajar di Madrasah Aliyah Al-Hanif, Tangsel. Ini merupakan pengalaman pertamanya menjadi narator bersama dengan dua guru lain, yaitu Bu Rosi dan Pak Ido. Sempat ada rasa takut dan deg-degan karena harus menjadi narator di hari pertama. Terlebih GSM memberikan kekuasaan penuh pada guru untuk menarasikan apa yang di dapat ketika Ng(k)aji kemarin. Keraguan juga sempat muncul di hati Bu Putri karena ia takut tidak bisa menggugah para peserta sebagaimana yang dilakukan oleh Pak Rizal. Namun, rasa takut dan ragu tersebut malah menjadikannya semakin percaya diri dan melihatnya sebagai tantangan yang harus dicoba. “Hebatnya GSM adalah mereka percaya sama kita, walaupun baru pertama kali. Dengan penuh semangat saya dan tim langsung berkoordinasi dan latihan presentasi sampai malam hari”, tutur Bu Putri.

Keinginan untuk menjalankan tugas sebagai narator datang dari panggilan hati Bu Putri karena gelisah dengan rasa nasionalisme anak-anak yang sudah mulai memudar, apalagi di kalangan muridnya yang sudah masuk ke jenjang atas. Suara hatinya berkata jika perbaikan ini bisa dimulai dari diri kita sendiri dengan menyebarkan betapa besarnya Indonesia di ruang-ruang kelas. Dan dengan menjadi narator, ia mengambil keputusan untuk turut berkontribusi dalam proses penyadaran tersebut. Atas dasar itu, ia bersemangat untuk menularkan kegelisahannya supaya bisa dirasakan juga oleh guru-guru GSM lainnya. “Walaupun hasilnya tidak akan instant, anak-anak harus tahu tentang kebesaran bangsanya karena merekalah yang akan mengurus Indonesia di masa mendatang”.

Dalam prosesnya menjadi narator, terdapat beberapa tantangan yang harus Bu Putri hadapi. Pertama, perbedaan bahasa dengan daerah yang ia naratori. Bu Putri yang asli orang Jawa memiliki sedikit kekhawatiran karena harus menarasikan di hadapan puluhan guru yang berasal dari Aceh dan Sumatera. Kedua, karena Pendar ini diselenggarakan secara online, membangun suasana supaya tidak membosankan merupakan tantangan tersendiri. Sampai-sampai Bu Putri searching mengenai bahasa sana serta menyiapkan ice breaking yang disambut baik oleh para peserta. Ketiga, dalam praktiknya sendiri di ruang kelas, narasi tentang Indonesia masih menjadi hal baru karena ia merupakan guru Bahasa Inggris. Dari proses menjadi narator ia malah banyak belajar dari guru lain yang sudah mulai menerapkan kebesaran Indonesia di ruang kelasnya. Keempat, membawa narasi tentang Indonesia di jenjang pendidikan atas tidak semudah di jenjang dasar. Menurutnya, siswa MA tidak akan tergugah jika hanya dibawakan cerita, tantangan tersebutlah yang ia bawa juga ke dalam cerita saat menarasikan Indonesia sehingga bisa memantik diskusi dengan peserta.

Namun, dibalik itu semua, Bu Putri sangat senang bisa mengambil peran sebagai narator dan bermanfaat bagi orang lain. Apalagi GSM selalu mengapresiasi setiap keberanian kecil yang dilakukan oleh guru-guru di dalamnya. Dari ia yang merasa bukan siapa-siapa, menjadi bisa menginspirasi orang lain dengan kontribusinya saat menjadi narator. Kepercayaan dirinya untuk terus berkembang semakin besar karena proses Pendar memberikan panggung untuknya memotivasi guru lain. Anggukan dari wajah-wajah yang muncul di Zoom seolah menjadi approval bahwa mereka turut tersetrum oleh materi yang dibawakan oleh Bu Putri. Hal ini menjadi suntikan semangat tersendiri bagi Bu Putri untuk benar-benar melahirkan ruang-ruang dialog tentang kebesaran Indonesia di dalam kelasnya. 

“Sebagai guru, saya bangga menjadi narator pertama di kegiatan Pendar ini, banyak pengalaman yang saya dapatkan tentang bagaimana mengembalikan kejayaan Indonesia” (Bu Faradina, Pegiat GSM Banyumas)

“Terima kasih untuk kesempatan ini, dan akhirnya saya pun menemukan power saya yang ternyata lebih dari yang saya tahu. Mulai dari tantangn menarasikan, mengelola perasaan, pikiran, waktu, tenaga, dan dibenturkan dengan berbagai hal tak terduga” (Bu Linda, Pegiat GSM Tangsel)

“Ketika memendarkan sesungguhnya saya sedang mengingatkan diri sendiri juga untuk merenungkan kembali kebesaran bangsa ini. Saya malah mendapatkan energi dan support besar dari teman-teman Papua yang hadir karena cintanya pada negeri ini” (Bu Syarifah, Pegiat GSM Bontang)

“GSM memberikan ruang berkembang dan bertumbuh yang memotivasi diri saya untuk memberikan narasi versi terbaik diri saya. Saya merasa dimanusiakan kembali sebagai manusia” (Bu Mefi, Pegiat GSM Sumsel)

Dengan berakhirnya Pendar, bukan berarti perjuangan Bu Putri berakhir. Ia berharap kepada narator lain agar tidak berhenti menarasikan tentang GSM dan kebesaran Indonesia. “Kita harus saling membantu dan bahu-membahu untuk menarasikan kebesaran Indonesia mulai dari ruang kelas kita. Kepada kawan-kawan saya, baik narator maupun peserta, perjuangan kita tidak boleh berhenti pada kesadaran, melainkan harus kita lanjutkan dengan perubahan”, tutup Bu Putri. Ajakan tersebut menjadi sebuah bara api yang memanggil jiwa para guru untuk turut menjadi guru Meraki. Karena seperti apa pendidikan Indonesia kedepannya akan sangat tergantung dengan peran-peran kecil yang mereka jalani.

Penulis: Syifa Rizqi Amalia


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.