Tepat pada perayaan Hari Guru, Gerakan Sekolah Menyenangkan menekankan betapa krusialnya peran guru dalam memajukan pendidikan Indonesia.
Hakekat pendidikan itu adalah menanamkan karakter positif pada anak bangsa, bukan sekedar mentransfer pengetahuan atau menuntaskan materi pelajaran. Itu berate guru tidak sepatutnya hanya terpaku pada buku paket dalam mengajar, namun penting disadari bahwa mereka harus menunjukkan keteladanan, bahkan sampai menginspirasi dan memimpin perubahan. Apa yang menjadi tujuan akhir proses belajar pun seharusnya mencakup bagaimana menajamkan nalar, memperhalus batin, serta menguatkan tekad para siswa.
“Seluruh proses itu membutuhkan guru sebagai pelaku utama pendidikan di akar rumput, bukan kurikulum, bukan pula kebijakan pemangku kepentingan. Maka, peran guru adalah sentral di dalam mendidik, menjadi role model bagi siswanya untuk mengembangkan minat dan bakatnya secara utuh,” ujar Muhammad Nur Rizal, pendiri GSM.
Tentu saja pendidikan yang dimaksud bukan sekadar sistem standardisasi yang selama ini diterapkan di Indonesia. Menghadapi era yang kian tak pasti ini, generasi muda justru seharusnya diberi kebebasan untuk bereksplorasi. Pendidikan yang cocok untuk milenial pun seharusnya terwujud dalam pendidikan yang memanusiakan dan memerdekakan.
“Dengan kata lain, tugas utama guru di era ini adalah menciptakaan ekosistem yang membuat anaknya mandiri, mencintai pengetahuan, dan kasmaran belajar. Salah satu caranya adalah dengan membangun suasana menyenangkan di kelas. Suasana ini tentu akan membuat anak tidak takut salah dan malah mendorong mereka untuk selalu mencoba hal baru dengan penuh gairah serta tekad pantang menyerah,” sambung pria yang juga merupakan Dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada itu.
GSM sebagai gerakan akar rumput di bidang pendidikan telah dan akan terus mengubah paradigma guru yang merupakan peran strategis dalam dunia pendidikan. Selama ini, ekosistem sekolah menyenangkan hanya didapatkan oleh segelintir orang yang memiliki privilese. GSM mengusahakan kualitas pendidikan yang merata dan berjuang untuk memangkas tajamnya ketimpangan antara sekolah favorit dan pinggiran. Pendidikan berkualitas seharusnya menjadi hak semua anak dan sekolah di Indonesia.
TENTANG GERAKAN SEKOLAH MENYENANGKAN (GSM)
GSM digagas pertama kali oleh Muhammad Nur Rizal dan Novi Poespita Candra pada bulan September 2014.
Platform GSM terbukti mampu meningkatkan kualitas guru serta ekosistem pendidikan di sekolah-sekolah pinggiran. Sejauh ini, GSM telah menyebarkan pengaruh ke berbagai area di Indonesia, termasuk Yogyakarta, Semarang, Tebuireng, Tangerang, hingga beberapa kota di Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Di Yogyakarta sendiri terdapat 84 sekolah model yang sudah menyebarkan imbasnya kepada lebih dari ratusan sekolah. Harapannya, dengan meluaskan gerakan ini, ketimpangan kualitas pendidikan yang selama ini kasat mata pun pelan-pelan akan terkikis oleh transformasi akar rumput.
0 Comments