GSM

Berbagai tantangan dalam kegiatan belajar – mengajar tentunya dialami oleh banyak peserta didik dan para guru. Seperti, suasana hati yang tidak stabil, kekurangan persiapan, konsentrasi yang memudar, dan banyak hal lainnya. Terlebih, untuk menciptakan suasana kelas yang menyenangkan hal tersebut harus lebih dioptimalkan. Eiitts, di lain sisi, ada salah satu guru kece GSM yang berani mencoba membuat rancangan belajar hanya dengan persiapan yang singkat. Beliau adalah bu Wigati, yaitu seorang guru Bahasa Inggris di salah satu sekolah yang tergabung GSM. 

Menariknya, rancangan belajar tersebut harus beliau presentasikan dalam workshop yang akan beliau jalani esok harinya. Dalam satu hari penuh, aktivitas yang bu Wigati lakukan tentunya tidak hanya berkutat dengan rancangan kegiatan. Namun, bu Wigati gesit untuk menyelesaikan rancangan belajar tersebut. Rupanya, para guru GSM tidak kalah mengikuti perkembangan zaman. Salah satunya dengan menerapkan prinsip ‘Agile’ yang saat ini juga sedang hangat dibicarakan. 

Persoalan ‘Agile’ mungkin bisa dicari melalui papan pencarian Google. Akan tetapi, cerita bu Wigati mengenai praktik baiknya secara perdana hanya dapat ditemukan melalui website Gerakan Sekolah Menyenangkan. Sehingga, mari kita ulas salah satu kontribusi praktik baik guru GSM dalam menggugah paradigma pendidikan Indonesia yang lebih baik. 

Berdasarkan cerita yang bu Wigati sampaikan, kelas uji coba untuk praktik workshop yang diadakan bukan berdasarkan kelas dan tingkat yang biasanya beliau ajar. Sehingga, bu Wigati mencoba untuk menyiapkan kelas semampunya. Bu Wigati menyampaikan “Jadi, tidak mungkin saya maju perang dengan tangan kosong” seperti itu perumpamaan yang beliau tuturkan. 

Dalam merancang kegiatan tersebut, bu Wigati memikirkan dua hal yang terlintas dalam benaknya, yaitu menyenangkan dan kolaborasi. Dalam menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, beliau sudah cukup familiar dengan berbagai kegiatan ice breaking dan strategi pembelajaran yang kooperatif. Maka dari itu, beliau menyusun kembali rancangan pembelajaran dari awal hingga akhir dengan sasaran bahwa siswa – siswi dapat mengikuti dengan penuh suka cita. 

Beliau mengawali kegiatan dengan quiz melalui aplikasi yang ada di smartphone. Bu Wigati mengatakan “Selain menumbuhkan motivasi dan excitement juga untuk mengukur kemampuan awal mereka. Untuk menambah semangat, saya membuat sebuah medali dari kertas untuk pemenang quiz” Seperti itu sedikit gambaran mengenai rancangan praktik baik yang beliau terapkan 

Untuk materi inti pembelajaran, beliau berkolaborasi dengan guru Mekatronika. Beliau memadu padankan kompetensi pelajarannya dengan tema pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan bidang Mekatronika. Pada saat itu, bu Wigati memilih salah satu kompetensi dasar factual report yang kemudian diintegrasikan dengan Pneumatics. Pada saat itu, ruangan yang dipakai adalah bengkel Pneumatics, sehingga siswa – siswi dapat langsung menggunakan alat peraga. Tugas yang diberikan kepada para siswa – siswi adalah menjelaskan proses dari alat yang mereka gunakan untuk praktik. 

Sebagai tambahan informasi bahwa Factual report merupakan jenis teks bahasa Inggris yang di dalamnya membahas fakta-fakta dari sebuah penelitian atau pengamatan. Sedangkan, Pneumatics merupakan salah satu alat bengkel berupa sistem penggerak yang menggunakan tenaga udara untuk menggerakannya. 

Bu Wigati mengatakan bahwa beliau telah sejak lama menerapkan PJBL. Namun, karena praktik yang dilakukan hanya dilakukan dalam satu pertemuan, sehingga beliau tidak menggunakan PJBL. Beliau menjelaskan “Untuk kelas yang biasanya saya ajar, sebenarnya sudah saya terapkan PBJL karena cocok dengan PJJ. Perbedaan dengan yang saat ini mungkin tidak terlalu mengaitkan dengan pembelajaran mekatronika mereka” seperti itu jelasnya. 

Singkatnya waktu dalam merancang kegiatan tersebut tidak menghalangi motivasi bu Wigati untuk berkontribusi penuh dalam mengajar. Beliau percaya bahwa semakin siap guru dengan pembelajarannya, siswa – siswi akan semakin senang untuk belajar. Beliau menuturkan “Motivasi saya adalah membuat murid – murid merasa senang belajar bahasa Inggris.” Seperti itu menurutnya. 

Beliau mengatakan bahwa untuk merancang kegiatan tersebut sebenarnya cukup sederhana. Strategi dan permainan pembelajaran saat ini mudah didapatkan dari banyak sumber. Namun, yang menjadi penentu dari pembelajaran adalah guru itu sendiri. Bu Wigati menjelaskan bahwa “guru adalah dalang, walaupun ceritanya sederhana. Jika sang dalang pintar dalam menyampaikan. Maka bisa menjadi pertunjukkan yang sangat seru. Untuk itu, seorang guru harus memiliki motivasi internal yang cukup kuat. Selanjutnya, kita sebagai guru harus kreatif. Harus punya plan B jika ternyata rencana awal kita tidak berjalan lancar.” Seperti itu jelasnya. 

Wajar saja jika motivasi dan suasana hati tidak selalu optimal untuk memulai pembelajaran. beliau menyampaikan bahwa dirinya juga masih terus berusaha untuk menjaga motivasi dan suasana hati yang optimal saat mengajar. Meskipun terkadang merasa malas dan lelah dengan banyaknya pekerjaan lain. Akan tetapi, melihat antusias dan wajah ceria siswa – siswi dalam mengajar cukup menghapus lelah dan merasa terbayar atas hal yang telah beliau persiapkan. 

Bu Wigati merupakan satu dari banyak guru lainnya yang secara tulus menyiapkan pembelajaran secara maksimal bagi setiap peserta didik yang diajarnya. Lelah terkadang menjadi halangan. Namun, caranya dalam menyikapi tantangan tersebut bahkan bisa menjadi motivasi bagi kita. Seperti apa yang dialami oleh bu Wigati, bahwa setiap tantangan tentu terdapat jalan baiknya. 

Penulis: Dwidia Jezy

Editor: Hayinah Ipmawati


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.