Peran pendidikan dalam berbagai sektor kehidupan sangatlah penting dan dibutuhkan. Tidak hanya untuk mencetak generasi penerus bangsa, namun juga sebagai jalan yang sesuai dengan arah pembangunan nasional. Pendidikan tidak hanya dilihat sebagai suatu pencapaian akademik, namun juga sebagai kebermaknaan pembelajaran yang didapatkan. Terlebih, peran pendidikan tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan diri atas potensi dan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu.
Sebagai salah satu jembatan pendidikan, sekolah mempunyai peranan penting dalam mengaktifkan makna pembelajaran. Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa melalui sekolah, aspek pendidikan masih banyak dilihat sebagai sesuatu yang membosankan bahkan menjadi suatu hal yang menyeramkan hingga menjadi ‘momok’ bagi sebagian orang. Melihat hal demikian, Gerakan Sekolah Menyenangkan melakukan pergerakan perubahan dari akar rumput menuju paradigma pendidikan Indonesia yang menyenangkan dan memanusiakan.
Lemahnya pendidikan di Indonesia tampak pada keterbelakangan dalam hal asesmen atau nilai – nilai yang berkaitan dengan indeks kualitas sumber daya manusia, seperti pada PISA. Hal tersebut jika ditelaah dan selanjutnya memperlihatkan akar permasalahannya, yaitu pendidikan di Indonesia sejauh ini tidak memanusiakan dan memerdekakan. Padahal, Indonesia sudah mempunyai prinsip – prinsip pendidikan yang diinisiasi oleh Ki Hadjar Dewantara melalui Taman Siswa.
Sasaran pergerakan GSM dimulai dari akar rumput untuk merambah sekolah di wilayah terpencil. Seperti, sekolah di wilayah 3T yang lebih sering tidak terlihat atau dihiraukan masalahnya untuk mengembangkan pola pendidikan. Berbagai kesulitannya bermuara dari administrasi, aturan serta kebijakan yang memang tidak memihak kepada mereka. Maka dari itu, GSM bergerak untuk memantik serta memberikan kesempatan sekolah – sekolah tersebut untuk memperoleh sumber akses pembelajaran yang lebih baik dengan cara yang terjangkau tanpa membutuhkan biaya yang sangat besar.
Pergerakan perubahan yang dilakukan oleh GSM menjadi salah satu cara untuk mengarahkan pendidikan Indonesia yang lebih baik, yaitu memerdekakan dan memanusiakan. Seperti apa yang dikatakan pak Iwan, head of marketing and communication di Gerakan Sekolah Menyenangkan bahwa “Pada dasarnya, pendidikan di Indonesia itu salah arah. Kenapa? karena pendidikan di Indonesia tidak memerdekakan dan tidak memanusiakan. Sehingga, yang dicetak adalah manusia yang hanya memenuhi kepentingan ekonomi semata – mata” seperti itu hal yang diutarakan oleh beliau.
Oleh karena itu, fokus pergerakan GSM adalah untuk membuat masyarakat sadar bahwa pendidikan itu harus dapat melahirkan manusia yang berbudaya, serta humanis. Pak Iwan menjelaskan bahwa hal tersebut mengarah pada manusia yang punya rasa ingin tahu yang besar, manusia yang kuat, mempunyai daya imajinasi yang besar, dapat menghargai perbedaan, dan punya keinginan kuat untuk berkolaborasi antar satu dengan yang lain. Maka dari itu, aspek – aspek tersebut lah yang perlu lebih ditekankan sebagai sebuah kesadaran.
Kesadaran bahwa pendidikan merupakan pemenuhan kodrat manusia, bukan dilihat sebagai suatu ranking, nilai ujian, asesmen, administrasi lembaga pendidikan, pemenuhan mengejar kurikulum, dan bukan pula hanya semata – mata untuk mengisi kepala peserta didik dengan berbagai macam pengetahuan. Sehingga, lebih banyak penekanan dalam aspek kemanusiaan. Termasuk dalam hal emosi, seperti membangun relasi antar manusia. Hal tersebut yang menjadi suatu pokok dalam pendidikan yang memanusiakan.
Seperti apa yang dikatakan pak Iwan bahwa “Memenuhi kodrat anak – anak didik itu adalah salah satu bentuk tanggung jawab dari pendidikan. Nah, kodratnya adalah berbeda. Sehingga, pendidikan harus bertanggung jawab untuk memenuhi itu. Berbeda artinya unik. Setiap anak, punya keunikannya sendiri. Yaitu, keunikan satu dengan yang lain, dengan kelebihan satu dengan yang lain. Hal tersebut dapat menjadi modal yang powerful untuk memecahkan berbagai masalah” Beliau menekankan bahwa pergerakan yang dilakukan GSM adalah suatu pergerakan pendidikan dengan salah satu tujuannya untuk memenuhi kodrat anak – anak didik.
Dalam meneropong masa depan, GSM berusaha untuk mengubah paradigma pendidikan Indonesia yang masih berkutat dengan feodalisme menjadi pemberdayaan dan kemerdekaan, dari sebuah kompetisi semata menjadi berbagi dan berkolaborasi, dari padatnya konten kurikulum menjadi penalaran dan analitik, dari hanya sebuah transfer ilmu dalam mengajar menjadi memfasilitasi pembelajaran, serta dari sistem pembelajaran yang seragam menjadi pengembangan potensi dari masing – masing individu.
Melalui pergerakan yang diinisiasi oleh GSM, maka diharapkan dapat menciptakan arah pendidikan dengan manusia merdeka dari apa yang ia peroleh ketika melakukan pembelajaran. Bisa mendapatkan ruang untuk berekspresi dan memenuhi semua kodrat kemanusiaan. Yaitu, dapat mengekspresikan rasa ingin tahu yang besar, kreatifitas, imajinasi, mampu berkolaborasi hingga memahami perbedaan yang ada antara dirinya dengan orang lain. Sehingga, dapat menciptakan manusia yang mampu menghasilkan karya unggul sesuai dengan versi terbaik dirinya, dan dapat bermanfaat bagi bangsa serta orang lain. Selain itu, dapat memunculkan kesadaran kuat yang dilandasi dengan kekuatan moralitas dan spiritual yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.
Penulis: Hayinah Ipmawati
0 Comments