Sudah berapa lama siswa kita melakukan pembelajaran daring di rumah? Apakah mereka merasa nyaman? Sudah sebulan lebih mereka menjalani kegiatan pembelajaran di rumah. Kegiatan belajar di rumah adalah kebijakan yang digulirkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, untuk memutus rantai penyebaran COVID-19, terutama di lingkungan sekolah. Ada anak yang awalnya senang, namun pada akhirnya bosan juga dengan rutinitas kegiatan belajar di rumah. Apalagi mereka terbiasa bersosialisasi dengan teman-teman sekolah maupun guru-guru di sekolah. Selain itu kegiatan di sekolah tentunya lebih bervariatif dibandingkan kegiatan belajar di rumah. Kejenuhan pun mulai melanda di minggu-minggu kedua kegiatan belajar daring.
Mengatasi hal tersebut, guru perlu segera melakukan evaluasi kegiatan belajar mengajar. Bahkan sebaiknya evaluasi kegiatan belajar mengajar diadakan setiap pekan. Evaluasi tersebut menyangkut bagaimana penyampaian materi yang mudah diakses oleh anak, tugas seperti apa yang tidak membebani anak dan lebih mengasah kreativitas serta empati anak. Guru perlu juga berkomunikasi dengan orang tua terkait apa kendala-kendala yang dihadapi anak di rumah, misalnya saja jika kedua orangtua masih bekerja tentu pendampingan belajar baru bisa dilaksanakan saat orang tua sudah pulang dari bekerja. Selain itu perlu ada evaluasi antara guru kelas, guru mata pelajaran baik guru Pendidikan Agama maupun guru Penjasorkes, serta guru ekstrakurikuler misalnya guru Bahasa Inggris. dengan adanya evaluasi bersama diharapkan kegiata belajar mengajar secara daring dapat memberikan manfaat dan semangat untuk anak-anak.
Hasil evaluasi bersama menjadi planning kegiatan apa yang perlu dibenahi pada minggu-minggu selanjutnya. Sebagai contoh, yang dilaksanakan di SDN Potrobangsan 3 Kota Magelang, guru kemudian membuat grup Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) online. Grup tersebut diharapkan dapat menjembatani komunikasi antara guru kelas, siswa kelas VI, dan guru mata pelajaran yang mengampu di kelas tersebut. Komunikasi yang awal minggu hanya searah (dilakukan di grup orang tua), akhirnya bisa dilakukan dua arah dengan adanya grup belajar tersebut. Tentu di setiap keluarga daya dukung dalam artian fasilitas setiap anak berbeda-beda, jadi langkah ini bisa disesuaikan dengan kemampuan orangtua.
Selanjutnya, guru kelas mengadakan evaluasi terkait pelaksanaan kegiatan belajar di rumah. Materi bisa disampaikan secara langsung melalui whatsap, baik berupa materi file .pdf maupun .ppt, ditulis di sebuah tautan, maupun ditulis di blog pribadi guru. Anak tidak harus diberi tugas banyak setiap harinya, karena mereka akan jenuh tanpa adanya pembimbingan. Tugas ringan namun berkesan yang pernah kami berikan antara lain membuat kampanye perangi COVID-19, menulis, dan membacakan puisi untuk para tenaga medis, membuat komik, peta pikir, dan lain sebagainya. Anak-anak juga bisa ditugasi hal-hal yang berkaitan dengan penanaman kebiasaan yang baik, misalnya sebelum belajar membantu orang tua di rumah, mengadakan kegiatan hemat energi di rumah, peduli lingkungan dengan merawat tanaman, serta menyusun menu dan mengolah makanan sehat.
Guru Pendidikan Agama dapat mengevaluasi cara pemberian materi kepada anak, misalnya pembiasaan ibadah di rumah dan amalan-amalan kebaikan yang bisa dilakukan di rumah. Materi tersebut disesuaikan dengan kurikulum dan kondisi anak-anak di rumah. Penekanan belajar lebih kepada kegiatan praktik ibadah dan berbuat baik dalam keluarga. Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya dengan bimbingan orangtua dan pengawasan dari orangtua. Harapannya anak-anak tetap rajin beribadah walaupun saat ini ibadah yang dilakukan adalah ibadah di rumah.
Guru Penjasorkes juga berperan dalam menjaga ketahanan fisik anak-anak. Materi yang diajarkan adalah materi kegiatan olahraga secara praktik, namun menyenangkan. Pelajaran olahraga biasanya merupakan pelajaran sekolah yang dinantikan anak-anak. Pelajaran ini merupakan pelajaran yang dilakukan di luar kelas, membuat anak aktif, dan mengolah fisik anak. Guru bisa memberikan materi berupa pemanasan, senam, kegiatan jogging, berjemur pagi, dan kegiatan ketangkasan lainnya. Dengan pemantauan guru Penjasorkes maka anak bisa berolah raga secara mandiri di rumah masing-masing.
Demikianlah sinergitas antara guru dan orang tua selama masa pandemi COVID-19 yang dapat menjadi kunci ketangguhan mental anak. Ketangguhan mental dapat membuat anak lebih bersemangat lagi dalam menjalani kegiatan belajarnya di rumah. Jadi, mari kita bimbing anak-anak kita dengan pembelajaran yang kontekstual, bermanfaat, dan menyenangkan.
Rian Ika Maryani, SDN Potrobangsan 3 Kota Magelang
0 Comments