GSM

Tidak bisa dipungkiri bahwa rasa semangat atau motivasi itu adalah sesuatu yang dinamis, bisa naik-turun tergantung pada keadaan internal dan eksternal seorang anak. Meskipun begitu, beberapa poin di bawah ini bisa dilakukan oleh guru-guru untuk menjaga semangat itu tetap hadir pada anak-anak ketika berangkat ke sekolah.

  1. Ciptakan setting kelas yang menyenangkan

Kelas sebagai ruangan yang digunakan untuk belajar tentu sangat memengaruhi terbentuknya pola pikir anak-anak mengenai belajar. Karenanya, setting kelas bisa menjadi hal pertama yang diubah sebagai manifestasi dari proses menciptakan lingkungan sekolah yang menyenangkan dan membuat anak-anak semangat berangkat ke sekolah.

Guru bisa melakukan modifikasi tata letak meja dan kursi yang tadinya kaku menjadi lebih dinamis, di mana anak bisa dengan leluasa berinteraksi dengan teman-temannya. Tata letak meja dan kursi ini juga bisa membantu guru untuk lebih dekat dengan anak-anak sehingga jarak antara guru dan murid bisa diminimalisir.

Selain itu, guru juga bisa memberi kebebasan bagi anak-anak untuk berekspresi dengan mendekor kelasnya sendiri. Biarkan mereka memilih warna, gambar, dan jenis dekorasi yang membuat mereka senang dan nyaman ada di kelas itu. Guru tentunya bisa memberikan pertimbangan-pertimbangan tertentu tanpa mendikte.

Cara sederhana ini bisa berdampak pada anak yang tadinya beranggapan bahwa sekolah adalah tempat yang sangat kaku menjadi tempat yang menyenangkan.

  1. Tidak memberikan pekerjaan rumah yang membenani

PR masih menjadi momok yang dilematis bagi anak-anak. Sudah banyak guru-guru SD yang berhenti memberikan PR karena menyadari belum saatnya anak-anak dibebani hal semacam itu. PR dianggap bisa merenggut masa bermain dan masa sosialisasi anak dengan lingkungannya. Namun, nyatanya masih banyak juga guru sekolah dasar yang gemar memberikan PR dengan alasan untuk mengajarkan mengenai tanggung jawab.

Tanpa disadari, beban PR inilah yang kadang membuat anak malas untuk berangkat sekolah. Sebagai alternatif dari PR, guru-guru sebenarnya bisa memberikan tugas yang menyenangkan dan dekat dengan kehidupan. Misalnya saja, salah satu sekolah model GSM memberikan tugas bagi murid kelas 1 untuk menghitung jumlah sendok, garpu, dan piring yang terdapat di rumahnya. Selain membantu mereka memahami dan berlatih mengenai penjumlahan, hal ini juga bisa meningkatkan ikatan antara orang tua dan anak ketika orang tua terlibat membantu anak. Alternatif lainnya, guru juga bisa memberikan tugas membaca; misalnya satu hari satu lembar bacaan dan kemudian anak bisa membagikan bacaannya di kelas. Tugas membaca ini terbukti lebih bermanfaat ketimbang memberikan PR yang berat.

  1. Buat zona kedatangan

Zona kedatangan adalah salah satu zonasi GSM yang menjadi favorit bagi murid dan guru. Zona kedatangan adalah sebuah zona interaktif di mana anak bisa memberikan nomor sesuai dengan urutan kedatangan mereka ke kelas. Hal ini merupakan solusi sederhana untuk keterlambatan yang merupakan masalah yang cukup serius di beberapa sekolah. Keterlambatan anak-anak sebenarnya juga bisa menjadi peringatan bagi guru-guru mengenai menurunnya motivasi mereka untuk berangkat ke sekolah. Karenanya, alih-alih memberikan hukuman bagi mereka yang terlambat, adanya zona kedatangan ini memberikan semacam penghargaan bagi anak-anak yang datang tidak terlambat. Akan lahir sebuah kebanggaan tersendiri atas usaha mereka untuk bangun lebih pagi supaya bisa sampai lebih dulu pula. Dan berdasarkan hasil wawancara pada guru dan anak di sekolah model GSM, adanya zona kedatangan ini memang terbukti mampu untuk membuat anak-anak lebih semangat berangkat ke sekolah.

  1. Libatkan anak dalam setiap keputusan dan kesepakatan di kelas
Circle Time

Kini bukan saatnya lagi untuk menerapkan sistem pendidikan yang mendikte dan otoriter. Anak-anak harus didengarkan pendapatnya dan dilibatkan dalam keputusan dan kesepakatan yang diambil di kelas. Dalam GSM, hal ini bisa diterapkan dalam circle time di mana anak-anak bersama guru akan duduk melingkar dan berdiskusi bersama untuk membicarakan sesuatu. Misalnya saja dalam memutuskan kesepakatan mengenai dekorasi kelas, guru bisa bertanya dan membiarkan anak-anak membicarakan keinginan-keinginan mereka. Untuk sebagian orang, hal ini tentu merepotkan karena keputusan akan lebih cepat ketika guru memutuskan hal itu sendiri. Namun, pelibatan anak dalam diskusi ini akan sangat bermanfaat bagi proses pembelajaran itu sendiri. Anak akan merasa dihargai sebagai manusia karena pendapatnya didengarkan sehingga berangkat ke sekolah bukan sebuah beban tapi anak justru akan ketagihan.

  1. Bintang kebaikan
Bintang Kebaikan 1 GSM Guru

Tujuan pendidikan yang utama adalah pembentukan karakter, namun instansi sekolah saat ini hanya memberikan penghargaan bagi prestasi akademik saja. Karenanya perlu untuk memberikan penghargaan berupa bintang kebaikan yang merupakan salah satu program GSM yang bisa dilakukan dalam jangka waktu seminggu sekali. Setiap minggu, sekolah bisa memberikan bintang kebaikan pada anak-anak yang melakukan kebaikan sederhana seperti meminjamkan pensil pada teman atau membantu guru menghapus papan tulis. Hal ini akan menciptakan lingkungan sekolah yang penuh kebaikan dan tidak mengancam. Anak-anak tidak hanya ketagihan dan semangat berangkat ke sekolah tapi juga saling berbuat kebaikan satu sama lainnya karena setiap kebaikan dihargai dan diapresiasi.

(Putri Nabhan)


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.