Bicara mengenai transformasi pendidikan, tentu seluruh pihak yang berkepentingan perlu ikut serta menjadi penggerak perubahan. Terlebih pada gerakan akar rumput seperti GSM, semua pihak punya peran penting masing-masing. Begitu pula narasumber yang penulis wawancarai kali ini.
Beliau adalah Pak Gunawan, salah satu “penggerak” GSM yang merupakan widyaiswara di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Otomotif dan Elektronika (BBPPMPV BOE) Malang.
Dalam kesempatan wawancara, Pak Gunawan bercerita tentang rumusan transformasi pendidikan GSM yang diterapkan di instansinya:
Sebagai widyaiswara beliau bertugas memberikan pelatihan kepada para guru dan kepala sekolah menengah kejuruan sesuai bidangnya. Adapun, sebagai penatar guru dan kepala sekolah, Pak Gunawan melihat kelima kompas perubahan GSM sangat bagus dan penting untuk diterapkan karena sudah sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
Kelima kompas perubahan GSM ini mencakup: 1) perubahan pendidikan feodalisme menjadi pendidikan yang memerdekakan, 2) pendidikan kompetitif menjadi pendidikan kolaboratif, 3) pembelajaran yang menekankan konten kurikulum menjadi pembelajaran yang menekankan kemampuan penalaran dan analisis, 4) peran guru sebagai pengajar menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, 5) serta sistem belajar seragam menjadi sistem belajar yang menekankan pengembangan individu.
Bagi seorang widyaiswara seperti beliau, transformasi ini bersifat wajib dilaksanakan karena para guru dituntut untuk mampu memfasilitasi pembelajaran supaya dapat melahirkan individu-individu yang cakap menghadapi tantangan di era modern.
Saat ini kita sudah berada di era revolusi industri yang keempat. Era ini ditandai dengan teknologi siber dan otomatisasi. Paradigma revolusi industri 4.0. mengharuskan setiap individu untuk memiliki kemampuan penalaran dan analisis yang kuat. Siswa harus mampu menalar dan menganalisis kasus nyata, tidak hanya menguasai pengetahuan teoritis. Oleh karena itu, pembelajaran yang saklek dengan konten kurikulum harus dihindari.
Guru harus tanggap dengan perubahan supaya bisa memperkaya siswa dengan pengetahuan aktual. Agar mampu memfasilitasi hal ini, para guru perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan mengenai permasalahan aktual di dunia nyata.
Pak Gunawan beserta rekan-rekannya di BBPPMPV BOE Malang membantu menyediakan diklat yang relevan dengan permasalahan industri terkini bagi para guru SMK. BBPPMPV BOE Malang juga sering mengadakan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan otomotif, elektronika, mesin, bangunan, dan teknik informatika ternama untuk mengadakan pelatihan bagi para guru.
Dalam kurikulum SMK, terdapat tahapan sinkronisasi dengan dunia industri. Tahapan ini setara dengan tahapan analisis (C4) dalam jenjang kemampuan intelektual milik Benjamin Bloom yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran. Dalam penjenjangan ini, C1 mencakup pengetahuan, C2 mencakup pemahaman, C3 mencakup penerapan, C4 mencakup analisis, C5 mencakup sintesis, dan C6 mencakup evaluasi.
Pelatihan yang disediakan BBPPMPV BOE Malang menjadi penting karena dalam kurikulum ini, guru bertugas menyinkronkan materi dengan dunia industri. Bahkan, lebih baik lagi bila para guru bisa memperhatikan tren yang ada untuk memprediksi perubahan yang akan datang. Apabila pengetahuan dan keterampilan guru tidak diperbarui, maka guru tidak akan mampu mendorong siswa untuk menalar kasus di kehidupan nyata.
Pelatihan yang diberikan BBPPMPV BOE Malang juga mendorong guru untuk tidak sekadar menjadi pengajar, tetapi menjadi fasilitator pembelajaran. Pelatihan-pelatihan yang diberikan pada guru mencakup keempat kompetensi guru yaitu profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosialnya.
Diklat yang diberikan tidak hanya mengenai keterampilan (skill), tetapi juga managerial, sinkronisasi kurikulum, penyusunan bahan ajar atau modul, dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan tersebut mendorong guru untuk menjadi fasilitator pembelajaran, bukan sekadar menjadi pengajar yang melakukan transfer ilmu satu arah.
Melalui diklat dan lokakarya, para guru juga dibekali agar bisa memvariasikan strategi mengajar mereka. Metode pembelajaran tidak lagi seragam dan monoton, tetapi variatif. Kreativitas dan pengembangan individu ditekankan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian siswa dapat mengembangkan minat dan bakatnya masing-masing.
Demikianlah cara Pak Gunawan menjalankan perannya sebagai penggerak perubahan. Dalam menghadapi tantangan zaman, pekerjaan sebagai seorang widyaiswara pun tidak beliau anggap sebagai sekadar “pekerjaan”. Melainkan telah menjadi upaya beliau demi mewujudkan pembaharuan pendidikan.
Oleh: Dwidia Jezy
Editor: Teguh Arya P
0 Comments