GSM

Dongeng menjadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari masa anak-anak. Tidak hanya berguna sebagai pengantar tidur, dongeng bahkan bisa menjadi alat untuk mengembangkan kemampuan literasi dan empati pada anak. Seperti apa yang dilakukan oleh wali kelas satu SDN Donoharjo yang menggunakan dongeng untuk menanamkan empati pada murid-muridnya.

Pernahkah berpikir mengapa dongeng atau fabel yang kita dengar ketika kecil begitu klise? Semua dongeng anak-anak selalu terdiri atas struktur cerita dan karakter yang seragam, hampir semuanya mempromosikan mengenai nilai kebaikan yang dicapai dari konflik antara si baik dan si jahat. Bahwa si baik—pada akhirnya, akan selalu menang.

Bagi orang dewasa yang sudah mampu berpikir abstrak, dongeng sudah pasti hal yang membosankan. Namun bagi anak-anak, dongeng sangat berguna untuk membantu dalam perkembangan literasi mereka. Hal ini berhubungan dengan tahapan perkembangan kognitif yang dijelaskan oleh Jean Piaget; bahwa kira-kira hingga usia 11 tahun, anak belum bisa berpikir secara deduktif, induktif, reflektif maupun secara abstrak. Maka dari itu, dibutuhkan hal-hal yang eksplisit untuk membantu mengembangkan pemahaman dan kemampuan literasi mereka.

Masih banyak yang mengira bahwa kemampuan literasi terbatas pada keterampilan membaca dan menulis saja. Lebih jauh lagi, kemampuan literasi sebenarnya adalah keterampilan untuk memahami suatu informasi, berpikir kritis, dan juga kemampuan untuk menyampaikan sesuatu dengan efektif. Dengan begitu, kegiatan mendongeng pun adalah sebuah usaha pengembangan kemampuan literasi untuk anak-anak.

Terdapat sebuah cerita menarik yang datang dari SDN Donoharjo. Di kelas satu SDN Donoharjo terdapat satu orang anak yang special. Dia sangat aktif dan gemar mengganggu teman-temannya hingga temannya tersebut menangis.

“Saya itu sampai pusing, dia suka bicara kasar juga di kelas. Tapi ya namanya juga transisi dari taman kanak-kanak (TK) ya mbak,” ujar wali kelas satu SDN Donoharjo siang itu.

Menghadapi kelas satu sekolah dasar memang sesuatu yang tricky karena di sana terdapat proses adaptasi yang harus dilakukan oleh anak-anak. Perpindahan itu cukup drastis; dari kegiatan di TK yang diisi dengan banyak permainan kemudian harus berubah menjadi belajar dan duduk di kelas ketika masuk sekolah dasar. Adaptasi ini bukan sesuatu yang mudah.

Menghadapi hal ini dbutuhkan kesabaran dan strategi tersendiri dari wali kelas. Sebagai sekolah yang sudah menerapkan Gerakan Sekolah Menyenangkan, wali kelas satu SDN Donoharjo mengadaptasi metode circle time untuk membantu salah satu anak spesial di kelasnya dalam menyesuaikan diri.

“Saya dalam circle time itu suka saya pakai untuk mendongeng, cerita tentang si Kancil. Nanti anak-anak saya tanya, gimana jadinya kalau suka mengganggu teman seperti si Kancil? Gitu. Ya alhamdulillah lumayan sekarang ada perubahan sedikit demi sedikit,” tambah ibu wali kelas satu SDN Donoharjo.

Melalui dongeng si Kancil, secara sederhana anak-anak tersebut dikenalkan mengenai nilai baik dan buruk. Di sinilah proses literasi terjadi, ketika sebuah pemahaman lahir mereka kemudian akan melakukan evaluasi pada diri mereka sendiri atas nilai-nilai tersebut.

Termasuk pada salah satu anak spesial yang disebutkan di atas. Dongeng-dongeng yang selalu diceritakan oleh ibu guru ketika circle time mengajarkannya untuk melakukan regulasi diri sehingga dia bisa menahan diri agar tidak mengganggu teman-temannya lagi—semata-mata karena hal itu tidak baik.

Kemampuan literasi adalah kemampuan kognitif karena ada pemrosesan informasi di dalamnya. Namun ketika pemahaman yang ada di kepala kemudian diwujudkan dalam bentuk tindakkan, hal itu akan juga berimplikasi pada perkembangan sosial anak terutama yang berhubungan dengan empati; Bahwa diganggu hingga menangis adalah sesuatu yang tidak menyenangkan sehingga perilaku tersebut harus dihentikan.

Betapa dongeng-dongeng sederhana ternyata bisa menstimulasi perkembangan literasi. Dan dengan kemampuan literasi yang baik, anak juga akan mampu mengembangkan kemampuan sosialnya lewat empati. Maka mari iringi perkembangan anak dengan dongeng-dongeng yang baik!

(Putri Nabhan)


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.