GSM

Fresh graduate adalah saat otak penuh dengan idealisme dan teori-teori di buku. Masa-masa itu adalah masa dimana saya masih memiliki idealisme yang kuat tentang bagaimana standar pembelajaran dan kelas yang menarik. Saya membayangkan sebuah kelas dengan fasilitas lengkap dengan ruangan yang luas yang cukup untuk pojok baca, pojok hukuman, meja kursi berkelompok-kelompok yang sesuai dengan fisik anak, space untuk “lesehan”, dan dinding kelas yang penuh dengan hasil karya siswa. Selain itu, iklim kelas yang seru dan anak-anak yang penuh dengan antusias. Seperti itulah imajinasi saya tentang sebuah kelas.

Awal-awal, saya mengajar di sekolah swasta kecil. Dulu sekolah tidak memungut biaya sepeserpun. Mungkin sudah terbayang dalam benak, sebuah sekolah swasta yang sebagian besar adalah guru honorer maka dana bantuan yang digunakan untuk jasa guru cukup banyak. Meski begitu, kami masih beruntung karena kepercayaan masyarakat kepada sekolah cukup tinggi sehingga kami memiliki murid banyak. Hal tersebut, sangat membantu dalam pendanaan sekolah. Namun tidak mudah bagi kami dalam pemenuhan fasilitas-fasilitas sekunder untuk pendidikan.

Saya ditunjuk mengajar kelas dua. Saya menyukai pembelajaran dengan permainan. Saat itu saya melakukan permainan tebak-tebakan, anak-anak diberi kertas dengan warna yang berbeda. Saya membacakan soal dan menuliskan pilihan jawaban di papan tulis. Setiap warna mewakili jawaban tertentu. Lalu, mereka akan mengangkat salah satu warna kertas yang mewakili jawaban yang mereka pilih. Setelah bermacam-macam kegiatan dilakukan tiba-tiba seorang anak di belakang berkata,

”Bu kapan kita pelajaran? Ayo kita pelajaran!” katanya.

Saya kaget mendengarnya. Anak tersebut mengira bahwa dia belum belajar. Kemudian saya menjelaskan padanya bahwa permainan yang dilakukan ini juga dari belajar. Namun dari kalimat siswa tersebut saya berpikir, Apakah kegiatan bermain ini lebih membosankan dari belajar?

Banyak sekali kegagalan yang terjadi saat waktu itu. Banyak hal yang tidak sesuai ekspektasi saya. Kegagalan tersebut umumnya terjadi karena kurangnya pemahaman saya terhadap anak. Saya sendiri berekspektasi terlalu tinggi terhadap anak-anak. Saya meyakini jika ada hal yang tidak sesuai rencana artinya gagal. Saya mengacu pembelajaran sekolah dikota. Anak-anak cenderung bingung dan semakin kacau saat kegiatan. Segalanya menjadi “riweh” saat permainan. Sebagai guru baru, pengelolaan kelas saya masih kurang. Saya belum bisa mengendalikan siswa dan kala itu saya menjadi guru yang lunak. Saya menghindari mengatur siswa dengan tegas. Saya banyak memberikan kelonggaran dengan alasan kebebasan.  

Anak-anak tidak serta merta memahami apa yang saya katakan. Oleh karena itu, saya harus memiliki kemampuan menyampaikan petunjuk yang baik dan menarik. Kemampuan saya dalam menyampaikan materi atau petunjuk mungkin juga menjadi salah satu penyebab kegagalan dalam melakukan pembelajaran menyenangkan. Saya hanya mantan mahasiswa yang lebih sering presentasi di depan teman-teman sebaya.

Menurut pengalaman saya, pembelajaran yang menyenangkan akan menghabiskan lebih banyak waktu. Kita akan kehilangan banyak waktu untuk mengejar kurikulum yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Ujian dibuat oleh pemerintah daerah dan itu menjadi tekanan tersendiri bagi saya. Saya akan merasa gagal jika hasil ujian anak-anak buruk.

Waktu itu saya benar-benar merasa setres ketika kenyataan dan harapan tidak bisa berjalan beriringan. Ditambah lagi, sebelah ruangan saya adalah kelas 6 dan kelas kami hanya disekat dengan sekat kayu. Sebuah kelas yang menyenangkan tentu akan membuat murid aktif dan kelas menjadi tidak tenang. Saya dilema, satu sisi saya ingin sebuah pembelajaran yang menyenangkan namun di satu sisi saya tidak ingin anak-anak berisik karena akan mengganggu kelas sebelah.

Saya menjadi sering dilema selama awal-awal mengajar. Saya menginginkan pembelajaran  menyenangkan namun saya ingin anak-anak tenang. Saya ingin pembelajaran yang menyenangkan namun ketercapaian materi akan terbatas. Saya ingin pembelajaran yang menyenangkan namun beberapa anak lebih senang duduk dan belajar. Saya ingin kelas yang menyenangkan namun fasilitas tidak dapat dengan mudah diadakan. Saya ingin menjalankan sebuah kelas yang tidak biasa, namun mental belum kokoh menghadapi kritik. Setiap keluhan yang siswa katakan menjadi kritik pedas bagi saya. Seperti kamu ingin memberi bunga pada seseorang, namun ternyata orang itu tidak menyukai bunga.

Setelah 7 tahun mengajar, dengan pengalaman mengajar di tempat terpencil, mengajar di tengah kebun sawit, dan mengajar diperkotaan, saya belajar banyak hal. Saya belajar bahwa kita tidak bisa saklek pada teori. Bukan, bukan menyerah untuk melakukan pembelajaran menyenangkan namun saya paham bahwa suatu iklim kelas tidak bisa disamakan dengan iklim kelas yang lainnya. Apalagi sekolah, ketika saya berusaha membuat sebuah pembelajaran yang menyenangkan dengan standar sekolah percontohan di kota dengan sekolah di tempat terpencil maka itu tidak akan berjalan dengan baik.

Anak-anak yang belum terbiasa dengan pembelajaran yang menyenangkan, lalu tiba-tiba kita beri mereka sebuah proyek besar. Maka hal itu akan sangat sulit bagi mereka dan mereka akan menjadi tidak tertarik. Saat anak yang terbiasa duduk dan mendengarkan lalu diajak bermain yang membutuhkan keaktifan maka permainan itu tidak akan berjalan. Oleh karena itu, memahami karakter anak sangat dibutuhkan untuk menjalankan sebuah pembelajaran yang menyenangkan. Kata “menyenangkan” bagi setiap anak itu berbeda. Setidaknya kita tahu apa yang mereka butuhkan, hal apa yang cocok dan menarik bagi mereka. Penerapan pembelajaran menyenangkan di daerah terpencil berbeda dengan pembelajaran menyenangkan di kota. Bahkan, kelas baru kita belum tentu menyukai kegiatan kelas lama.

Pembelajaran yang menyenangkan adalah kebebasan yang terikat bagi anak. Mereka bebas berkarya namun tetap tertib dan disiplin. Membuat pembelajaran yang menyenangkan tidak berarti kita mengijinkan anak melakukan semua tindakan. Kita harus tetap tegas dan disiplin. Pembelajaran yang menyenangkan bukan berarti membiarkan anak melakukan kesalahan. Kita tetap harus memberikan umpan balik, baik itu nasehat secara langsung maupun sanksi yang mendidik.

Bukan hal mudah menyelenggarakan pendidikan yang menyenangkan. Kita harus menyiapkan lingkungan yang menarik dan mendidik bagi anak. Kita harus memutar otak untuk mencari ide pembelajaran apa yang menyenangkan bagi anak namun efektif, sesuai fasilitas dan keadaan lingkungan. Kita harus mendidik serta mengajar. Siapa yang bisa melakukan semua hal itu dengan sempurna?

Saya hanya ingin menyampaikan bahwa bagi siapapun yang ingin menyelenggarakan pembelajaran yang menyenangkan, cobalah! Jangan takut gagal. Jangan takut untuk melakukan perubahan. Mungkin awalnya tidak seefektif yang di harapkan. Namun, tetaplah mencoba. Percayalah pada diri sendiri dan terus lakukan refleksi untuk perbaikan. Usaha kita mungkin tidak membuahkan hasil saat itu, namun tidak akan ada yang sia-sia.

Bagi saya, untuk menyelenggarakan pendidikan yang menyenangkan tidak harus ada kelas dengan fasilitas lengkap berstandar nasional atau pembelajaran dengan ide baru. Namun diutamakan untuk menyesuaikan pembelajaran dengan minat dan kebutuhan siswa. Tidak perlu membandingkan satu kelas dengan kelas yang lain. Setiap guru memiliki cara unik untuk mendidik dan mengajar. Kita bisa saling berbagi dan belajar dengan guru lain sebagai masukan.

Merdeka belajar yang digemingkan oleh Bapak Menteri Pendidikan saat ini seperti angin segar bagi para pendidik yang memiliki kelas impian. Kini, para pendidik memiliki peluang untuk mewujudkan kelas impian. Menurut saya, pembelajaran yang menyenangkan bukan berarti mengharamkan cara lama untuk belajar. Cara lama bisa tetap dilakukan. Cara baru harus dicoba. Mari belajar bersama-sama.

Penulis: Primandani Dewi


3 Comments

Diana · May 5, 2021 at 2:15 pm

Semangat Bu. Guru merdeka adalah guru yang merdeka mengambil solusi atas setiap masalah yang dihadapi

    admin_gsm · May 24, 2021 at 1:12 am

    terima kasih atas suntikan semangatnya buuu. Semangat untuk terus berubah, berbagi dan kolaborasi 🙂

    primandani · February 20, 2022 at 1:44 pm

    terimakasih dukungan dan semangatnya ^^

Leave a Reply to primandani Cancel reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.