GSM

Biaya Mandiri, GSM Cirebon untuk Negeri

Perjalanan Kota Cirebon – Yogyakarta menggunakan bis bukan perjalanan yang singkat dan nyaman. Para guru harus tidur di bis dalam keadaan sempit-sempitan, tentu rasa lelah yang mereka rasakan. Bahkan, ketika sampai di Yogyakarta, mereka tidak sempat mampir ke hotel untuk beristirahat sejenak. Para guru langsung berkunjung ke sekolah tujuan. Untungnya rasa lelah itu terbayarkan setelah turun dari bis.

Menjadi Pendidik Bukan Pengajar

Menjadi pendidik tidak sama dengan menjadi pengajar. Mengapa dapat dikatakan demikian? Sebab upaya mendidik merupakan suatu proses panjang berkaitan dengan menanamkan karakter baik pada diri anak didik. Sedangkan mengajar merupakan aktivitas mengisi, di mana pengajar hanya menyuguhkan pengetahuan (transfer of knowledge) tanpa adanya value.

Inspirasi: Saatnya Anak Muda Bergerak!

Ketertarikan Kak Rei akan GSM terlihat dari dirinya yang merasa bahwa gerakan ini sangat sesuai dengan passionnya. Kak Rei memiliki passion untuk bagaimana caranya agar dapat membuat anak – anak itu belajar namun juga menyenangkan. Tentu dari GSM itulah Kak Rei belajar bahwa GSM sangat mengedepankan nilai – nilai memanusiakan manusia dan memerdekakan anak – anak dari belenggu pendidikan yang feodalistik. Melihat bahwa minat dan bakat anak adalah sesuatu yang sangat penting.

Refleksi: Semangat Perubahan Guru

Hasilnya, dengan menyabarkan virus kebaikan tersebut Bu Penni sukses mengajak guru-guru untuk berubah. Keberhasilan tersebut dibuktikan dengan perubahan pada mindset atau pola pikir guru yang ditandai dengan selalu ingin memperbaiki dan mengembangkan diri, memiliki keinginan untuk belajar berbagai keterampilan baru, tanggap dan adaptif terhadap setiap perubahan yang ada. Dari mindset guru yang telah berubah, maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan buah hasil pemikirannya dalam praktik pembelajaran di ruang-ruang kelas sesuai dengan kreativitas yang dimiliki guru dan kebutuhan setiap siswa. Berikut adalah refleksi yang disampaikan melalui tulisan oleh guru-guru yang melakukan perubahan dalam pembelajaran:

GSM Menembus Madrasah!

Gerakan Sekolah Menyenangkan terus melebarkan sayapnya ke seluruh negeri Indonesia demi mengubah pendidikan yang bersifat feodalistik menjadi pendidikan dengan ekosistem yang menyenangkan bagi anak. Bahkan kini, GSM melalui Pak Ali dan kawan – kawan berhasil menerobos batas dari sekolah ke madrasah demi berbagi praktik – praktik baik dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan oleh Pak Ali karena Pak Ali ingin melihat adanya transformasi pendidikan yang baik kepada Indonesia dan tentunya dirasakan oleh semua jenjang pendidikan di Indonesia termasuk Madrasah.

Cambukan untuk Menggerakkan

Lika-liku perjalanan pak Ali, guru penyimpang positif GSM dalam menyuarakan nilai-nilai GSM ke seluruh penjuru Indonesia tentunya tidak semulus yang dibayangkan. Ingatan yang kurang membahagiakan tentang cemoohan, bullyan, hingga makian yang pak Ali terima diawal rasanya teringat kembali, saat setelah sekian lama pak Ali bergerak bersama GSM di jenjang SMK, kini terjun menerobos arus kebiasaan untuk berbagi ke jenjang yang berbeda yaitu jenjang madrasah.

Suster Agustina dan Titik Baliknya

Dahulu Suster Agustina merupakan kepala sekolah yang menganggap bahwa aturan adalah harga mati. Suster Agustin mengenal sekolahnya sebagai sekolah yang kental akan nilai – nilai keagamaan dan hanya berfokus pada aturan. Tetapi semenjak Suster Agustin mengenal GSM, kesadaran akan pendidikan yang memanusiakan manusia pun berubah. Suster Agustin merasa dirinya bersalah karena beliau sempat mengeluarkan anak – anak yang melanggar aturan dikeluarkan dari sekolahnya. Memang sedari dulu Suster Agustin percaya bahwa kedisplinan seorang siswa adalah tolak ukur keberhasilan pendidikan. Tetapi aturan tersebut justru mengekang siswa dan tidak ada nilai kehidupan di sana.

Titik Balik Mbak Reny Rustyawati Sebagai Seorang Pendidik dan Pembelajar

Mendapat kesempatan untuk berkembang bersama GSM merupakan hal yang mbak Reny syukuri. Menurutnya, “pendekatan ini yang sangat saya harapkan dan saya cari – cari sejak dulu”. Mbak Reny juga mengajak seluruh kawula muda untuk untul saling berubah, berbagi, dan berkolaborasi. Seperti apa yang ia sampaikan dalam akhir pidatonya “Sekarang bukan saatnya kita menunggu perubahan, tetapi sekarang adalah saatnya kita menjemput perubahan.”

Tiga Bagian Besar Sebagai Titik Balik Perjalan Spiritual Pak Rizal

Dalam Festival Sekolah Menyenangkan, pak Rizal selaku founder GSM menyampaikan tiga bagian besar sebagai titik balik dan juga perjalanan spiritualnya yang hingga saat ini terus beliau arungi. Pada bagian pertama, beliau menyebutnya sebagai cermin masa lalu yang kemudian terkoneksi sebagai penemuan titik balik. Kilas balik tersebut, beliau bagikan dalam pidatonya yang terangkum dalam tulisan ini.

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.