GSM

Ada berbagai cerita dari guru – guru disaat sebelum mengenal GSM hingga akhirnya bergabung dan bergerak bersama GSM. Mulai dari yang merasa tidak asing dengan kata GSM, mendapat cerita dari sesama guru, melalui media sosial, hingga mengikuti workshop yang rutin diselenggarakan GSM. Salah satu bagian cerita dari banyak guru tersebut adalah pak Faiz dari SMKN 1 Pandji Situbondo. 

Pak Faiz mulai mengenal GSM sejak bu Anik Sudiartini hadir di sekolahnya. Menurutnya, sebelum bu Anik datang ke sekolahnya, beliau memang belum pernah mendengar tentang GSM. Awalnya, beliau diberi saran oleh bu Anik untuk melakukan pola pengajaran dengan unsur yang menyenangkan. Pak Faiz menerima saran bu Anik dengan baik, tetapi beliau sendiri mempunyai banyak pertanyaan dari unsur – unsur menyenangkan tersebut. 

Bu Anik memberikan salah satu contoh praktik baik yang dapat dilakukan melalui Ice Breaking. Sampai akhirnya, pak Faiz mencari tahu berbagai kegiatan Ice Breaking dari Youtube. Melalui Youtube, pak Faiz sudah cukup mendapat inspirasi dan referensi untuk melakukan Ice Breaking. Namun, beliau masih merasa canggung untuk mempraktikkan langsung di kelas yang akan beliau ajar. 

“Masa saya harus benar – benar seperti ini? Apalagi kalau nanti harus saya dokumentasikan kegiatannya” Seperti itu kesan awal yang beliau berikan sebelum menerapkan Ice Breaking di kelasnya. Namun, rasa canggung tersebut tidak membatasi pak Faiz untuk menerapkan hal baru dalam pembelajarannya. Menurutnya, sekalipun ada yang memandang bahwa terkesan terlalu kekanak-kanakan. Beliau mau memulai untuk melakukan pembelajaran yang menyenangkan. 

Dalam Ice Breaking yang dilakukan oleh pak Faiz, beliau membina murid – muridnya untuk aktif bergerak agar menghindari rasa mengantuk. Terlebih, pak Faiz menghidupkan suasana kelas melalui pembawaan ekspresi yang ceria dan menyenangkan. Menurutnya “Kan lucu ya kalau saya menggunakan Ice Breaking tetapi saya cemberut.” Seperti itu tanggapan dari kilas balik Ice Breaking pertama yang beliau lakukan. 

Di tengah kegiatan bergerak yang cukup aktif, pak Faiz kemudian menyisipkan dialog bahasa inggris dengan skenario sederhana. Beliau meminta murid – muridnya untuk saling berkenalan dan menanyakan kabar. Dialog tersebut dilagukan dan diikuti dengan gerakan – gerakan untuk menambah semangat murid – muridnya. Di akhir kegiatan, beliau menyiapkan dua emoticon yang menunjukkan ekspresi bahagia dan sedih. 

Murid – murid pak Faiz diminta untuk memilih emoticon tersebut sesuai dengan suasana hati mereka setelah melakukan Ice Breaking tersebut. Ternyata, kebanyakan dari siswa – siswi memilih dan menunjukkan ekspresi senangnya. Pak Faiz merasa semakin semangat dan senang karena mereka bisa merasakan pengalaman belajar yang berbeda dari biasanya. Dampaknya cukup membuat mereka tidak jenuh bahkan hingga pergantian pelajaran berikutnya. 

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar – mengajar, sebenarnya pak Faiz masih mempunyai banyak pertanyaan tentang konsep menyenangkan itu sendiri. Terlebih, beliau juga tidak mengetahui lebih lanjut untuk apa dokumentasi hasil kegiatan tersebut. Akhirnya, beliau mencoba untuk menanyakan beberapa hal yang cukup membuat beliau penasaran. Beliau mendapat penjelasan bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian dari praktik GSM.  

“Kata GSM itu adalah sesuatu yang sangat asing bagi saya. Kemudian, saya baru tahu kalau singkatannya adalah Gerakan Sekolah Menyenangkan. Saya tertarik dengan kata ‘Menyenangkan’ tersebut.” Seperti itu kesannya ketika pertama kali mengetahui GSM. Disamping itu, beliau kembali menanyakan apakah pembelajaran menyenangkan ini hanya dapat dilakukan dengan Ice Breaking saja. 

Menurutnya, “Tentu saja kalau hanya dengan Ice Breaking, saya perlu memutar otak untuk mendapatkan inspirasi Ice Breaking yang menarik lainnya.” Seperti itu jelasnya. Setelahnya, beliau mendapat penjelasan bahwa kegiatan tersebut hanya sebagai kegiatan yang dilakukan di awal atau di sela – sela pembelajaran supaya anak – anak merasa tidak bosan. Sejak saat itu, beliau terus tertarik dengan GSM dan menerapkan pembelajaran yang menyenangkan. 

Pak Faiz kemudian merasa bahwa kegiatan sesederhana seperti Ice Breaking itu mampu membuat dirinya kembali tersadar bahwa pembelajaran itu harus memberi kesan yang seru, ramah, dan menyenangkan. “Saya tersadar beberapa tahun lalu ketika saya studi di Jepang. Dosen – dosen saya selalu menyambut kami dan terasa dekat dengan mahasiswa/i nya. Sehingga, saya merasa senang bisa belajar disana.” Jelas pak Faiz. 

“Ternyata, apa yang dilakukan oleh dosen – dosen saya di Jepang, saya temukan di GSM. Di sini saya menemukan sesuatu yang baru untuk merubah pembelajaran saya.” Seperti itu kesan yang pak Faiz berikan saat mengenal dan mulai menerapkan praktik baik GSM. Sebagai gerakan akar rumput, GSM bergerak dari bawah, dan terus memberikan dampak positif yang dapat dirasakan bersama – sama untuk pendidikan yang lebih baik kedepannya. 

Penulis: Dwidia Jezy

Editor: Hayinah Ipmawati


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.