GSM

“…….saya tidak lagi terpaku untuk menuntaskan segala tuntutan materi dari kurikulum, tetapi lebih mengedepankan dampak langsung bagi peserta didik.”

***

SMK Negeri 1 Jambu mengenal Gerakan Sekolah Menyenangkan sejak pertengahan tahun 2019 silam. Kala itu bersamaan dengan 5 sekolah lainnya yang menjadi piloting dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah.

Saat itu GSM adalah hal baru bagi saya. Bayangkan, sekolah kejuruan yang dikenal dengan budaya terstruktur, kaku, terstandardisasi dengan SOP, tiba-tiba mendapat wacana mengenai sistem pendidikan yang lebih humanis dan memerdekakan. Dalam benak saya, tidak mudah mengubah mindset stakeholder di SMK dengan kultur yang sudah terbentuk tadi.

Sementara itu, hadirnya GSM seakan memberi secercah harapan. Saya pikir arah kebijakan pendidikan Indonesia memang seharusnya berubah. Bayangkan saja, jika diukur dari hasil PISA, pendidikan Indonesia selama ini seperti stagnan. Padahal sudah dua dasawarsa berlalu dengan ribuan triliun dana digelontorkan. Tetapi mengapa tidak pernah ada kemajuan? Hal ini menjadi pertanyaan besar bagi saya.

***

Sejak menerapkan area-area perubahan GSM, perubahan di sekolah kami mulai terlihat sedikit demi sedikit. Dimulai dengan perubahan lingkungan fisik. Perubahan ini diwujudkan dalam usaha menciptakan lingkungan positif dan etis di sekolah. Pelaksanaannya pun dilakukan secara bergotong royong. Peran siswa juga dominan. Terkait peran siswa ini, ada sedikit cerita unik.

Saat itu kami memberi kebebasan kepada para siswa untuk berekspresi dalam menata ruang kelas masing-masing. Ternyata, karena diberi kebebasan, mereka jadi sangat menikmati prosesnya. Bahkan saking asyiknya, mereka melakukannya sampai malam, pun nyaris tidak mau pulang. Bagi saya ini adalah hal baru manakala siswa dengan senang hati melakukan sesuatu karena menikmati prosesnya.

Adapun, area perubahan GSM yang begitu berdampak pada saya pribadi sebagai pendidik adalah pedagogical practice. Bahwa tujuan pembelajaran tidak hanya tentang menyampaikan materi saja. Tetapi kita juga perlu menjadikan mata pelajaran sebagai sarana menumbuhkan karakter-karakter baik sebagai bekal mereka kelak.

Kemudian, melalui social emotional learning saya belajar bahwa dampak memberikan materi pelajaran tidak akan membekas jika tidak menyentuh sisi kemanusiaan peserta didik. Melibatkan partisipasi aktif peserta didik juga merupakan hal baru selama saya mengajar. Kini saya melibatkan mereka mulai dari menentukan tujuan dan ketercapaian, sampai melakukan refleksi atas proses belajar.

Selain itu, kesadaran tentang pentingnya suasana belajar yang menarik, tidak membosankan, dan tidak menakutkan mendorong saya menjadi lebih berani untuk berpikir out of the box. Termasuk untuk tidak lagi terpaku pada pemenuhan administrasi pembelajaran. Tetapi lebih fokus pada dampak positif yang harus saya berikan kepada peserta didik.

***

Penguasaan kelas dengan cara baru merupakan hal yang perlu dimiliki guru di era ini.  Sebab zaman telah berubah. Sudut pandang peserta didik terhadap guru pun bisa jadi berbeda dengan era lama, sebut saja misalnya di tahun 1990-an, yang mana guru menjadi sumber utama ilmu (satu arah ) dan ditakuti.

Kesadaran ini pun membuat saya meninggalkan pola-pola lama. Sedikit demi sedikit saya mulai berbenah. Sembari terus-menerus belajar dan mencari berbagai metode yang tepat. Semuanya demi mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, yaitu untuk lebih memanusiakan dan memerdekakan siswa.

Seperti di masa pandemi ini. Saya sebagai guru mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital harus berpikir out of the box guna menciptakan pembelajaran menyenangkan selama siswa belajar jarak jauh. Salah satu upaya saya adalah mencoba membuat konten video kreatif sebagai bahan pengajaran melalui kanal youtube pribadi saya, yaitu Aminfatkur Skanja. Dalam hal ini, saya berusaha menjadi lebih persuasif demi menarik minat siswa, juga demi memfasilitasi mereka agar lebih mudah memahami materi yang dibahas. 

Pada akhirnya, bagi saya hal yang terpenting bukan tentang membuat konten pembelajaran, namun terkait bagaimana membuat aktivitas belajar yang menyenangkan, relevan dengan kehidupan nyata, dan bermakna.

Pembelajaran menyenangkan, bagi saya, salah satunya bisa dicapai dengan melibatkan partisipasi aktif peserta didik. Kemudian tidak serta merta menyeragamkan bentuk-bentuk penugasan. Dalam arti, peserta didik perlu diberi keleluasaan untuk mengeksplorasi sesuai kemampuan masing-masing.

Sedangkan pembelajaran yang relevan adalah ketika aktivitas belajar yang kita berikan relevan dengan kehidupan siswa. Dalam arti, siswa bisa mengaitkan materi yang diperoleh dengan penerapannya di dunia nyata. Misalnya, siswa belajar desain grafis untuk membuat flyer, editing foto, dan lainnya.

Adapun, pembelajaran bermakna adalah terkait bagaimana guru maupun siswa mampu merefleksikan aktivitas belajar, sehingga dapat mengambil manfaat pembelajaran.

Mengapa guru juga perlu berefleksi? Bagi saya guru perlu berefleksi untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Melalui refleksi di setiap aktivitas belajarlah kami bisa terus memperbaiki proses pembelajaran kami bersama siswa.

Demikianlah, setelah mengenal GSM saya benar-benar merasakan kemerdekaan dalam kegiatan belajar-mengajar. Karena saya tidak lagi terpaku untuk menuntaskan segala tuntutan materi dari kurikulum, tetapi lebih mengedepankan dampak langsung bagi peserta didik. Lebih mengedepankan bagaimana agar apa yang saya berikan benar-benar berguna bagi mereka.

Salam GSM

Berubah, Berbagi, dan Berkolaborasi

Penulis: Amin Fatkur, Guru SMK N 1 Jambu

Editor: Teguh Arya P


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.